Operasi pencarian melibatkan berbagai unsur, termasuk Basarnas Kendari, Babinsa, BPBD, Damkar, serta masyarakat setempat.
Tim menggunakan perahu karet, longboat, dan perlengkapan medis serta evakuasi untuk menyisir area sungai yang dikenal sebagai habitat buaya.
Pencarian intensif dilakukan sejak Senin sore hingga Selasa pagi.
Pada pukul 07.32 WITA, jasad Maulu akhirnya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Lokasi penemuan berada sekitar 11 kilometer dari titik awal korban diterkam.
Jenazah langsung dievakuasi menggunakan perahu nelayan dan diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.
“Dengan telah ditemukannya korban dalam keadaan meninggal dunia, operasi SAR kondisi membahayakan manusia terhadap satu orang yang diterkam buaya di Sungai Lasolo dinyatakan selesai dan ditutup,” ungkap Amiruddin.
BACA JUGA:Bocah 10 Tahun Hampir Jadi Santapan Buaya di Desa Kohod Saat Memancing, Begini Kronologinya
Dalam proses pencarian, tim SAR gabungan juga berhasil menangkap dua ekor buaya yang diduga berada di sekitar lokasi kejadian.
Penangkapan ini dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap potensi serangan lanjutan dan untuk mengurangi risiko bagi warga yang beraktivitas di sekitar sungai.
Peristiwa ini menambah daftar panjang konflik antara manusia dan buaya di wilayah Sungai Lasolo, yang dikenal sebagai habitat alami hewan predator tersebut.
Minimnya tanda peringatan dan langkah pencegahan dari otoritas terkait menjadi sorotan warga setempat.
Mereka berharap pemerintah daerah segera mengambil tindakan nyata untuk meningkatkan keselamatan masyarakat, terutama di titik-titik rawan serangan buaya.
Warga kini diimbau untuk tidak beraktivitas terlalu dekat dengan sungai hingga situasi benar-benar dinyatakan aman oleh pihak berwenang.
Tragedi yang menimpa Maulu menjadi pengingat penting akan perlunya edukasi dan mitigasi risiko di wilayah-wilayah yang berbatasan langsung dengan habitat satwa liar.