bacakoran.co

Gegara Salah Kirim Emoticon, Siswi SMK Gowa yang Acungkan Jari Tengah Berakhir Kena DO: Karma Emot Pedih!

Video dua siswi SMKN 1 Gowa viral usai acungkan jari tengah ke guru.-Gambar Ist-

"Surat pindah hanya bisa diberikan untuk siswa kelas XI. Karena ini baru seminggu masuk sekolah, kami hanya keluarkan," katanya.

BACA JUGA:Heboh! Puluhan Guru PPPK Blitar Gugat Cerai Suami usai Dilantik, Disdik Ungkap Penyebabnya

BACA JUGA:Zuhdi Guru Madin Dapat Motor Baru dan Hadiah Umroh dari Donasi Usai Viral Dituntut Rp25 Juta oleh Wali Murid

Kini, nasib pendidikan kedua siswi itu menjadi tanda tanya.

Pihak sekolah mengaku tidak bisa memberikan jaminan apakah mereka bisa melanjutkan sekolah di tempat lain.

Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi dunia pendidikan Indonesia, terutama dalam menghadapi era digital yang serba cepat dan mudah tersebar.

Hal kecil yang dianggap sepele bisa berdampak besar terhadap nama baik sekolah dan pribadi siswa.

“Setiap Jumat pagi kami rutin adakan pembinaan karakter lewat literasi Alquran sesuai instruksi Gubernur Sulsel. Di situ saya sampaikan siraman rohani agar siswa tidak melakukan hal serupa,” ungkap Muchlis kepada Kompas.com.

Peristiwa ini bukan hanya tentang jari tengah atau emoticon salah kirim.

Ini adalah kisah tentang kurangnya literasi digital, empati, dan disiplin di kalangan pelajar.

BACA JUGA:Cara Membangun Karakter Belajar Mandiri Siswa lewat Pendampingan Orang Tua dan Guru

BACA JUGA:Gaji Rp105 Ribu, Guru Madin di Demak Dituntut Rp25 Juta Usai Tampar Murid, Ternyata Wali Murid Eks Caleg Gagal

Di tengah gempuran konten viral, nilai-nilai etika dan penghormatan terhadap guru tak boleh dilupakan.

Sekolah berharap peristiwa ini menjadi bahan evaluasi, bukan hanya bagi siswa, tapi juga bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat luas.

“Kadang, hal kecil yang kita anggap biasa justru meninggalkan jejak yang dalam,” pungkas Muchlis.

Gegara Salah Kirim Emoticon, Siswi SMK Gowa yang Acungkan Jari Tengah Berakhir Kena DO: Karma Emot Pedih!

Yudha IP

Yudha IP


bacakoran.co - dua siswi smk negeri 1 gowa, sulawesi selatan, mendadak di media sosial usai aksi tak terpuji mereka terekam kamera: mengacungkan jari tengah ke wajah guru di tengah ruang kelas.

aksi itu menjadi perbincangan publik setelah video berdurasi singkat tersebut menyebar luas dan ditonton jutaan kali.

kini, keduanya resmi dikeluarkan dari sekolah.

ra dan nf, dua siswi kelas x, teridentifikasi sebagai pelaku dan perekam video tersebut.

berdasarkan keterangan kepala , muchlis jufri, kejadian ini bermula dari kesalahan kecil namun berujung fatal.

sang , mansur, secara tidak sengaja mengirim emoticon jari tengah dalam grup whatsapp kelas saat memberikan tugas.

“tujuannya guru sebenarnya ingin menyemangati, tapi salah pencet. seharusnya jempol, malah jadi jari tengah. tapi yang membuat masalah jadi besar adalah respons siswi yang terlalu lancang,” ujar muchlis, dikutip dari detiksulsel, jumat (1/8/2025).

dalam video yang viral, ra terlihat maju ke depan kelas saat guru mengabsen siswa dan dengan sengaja mengacungkan jari tengah tepat di depan wajah sang guru.

temannya, nf, merekam aksi tersebut menggunakan ponsel iphone dan menyebarkannya ke media sosial.

“tindakan ini bukan spontan. saat guru masuk dan mengabsen, ra sudah bersiap dari tempat duduk. temannya sempat melarang, tapi dia tetap naik ke depan dan mengacungkan jari tengah,” jelas muchlis lagi seperti dikutip dari kompas.com (2/8/2025).

desakan publik, alumni, dan efek jera

keputusan untuk menjatuhkan sanksi drop out (do) tidak diambil secara tergesa.

menurut muchlis, pihak sudah memanggil orang tua ra dan nf pada kamis (31/7/2025) untuk klarifikasi.

di hadapan para guru, keduanya mengakui kesalahan dan menyampaikan permintaan maaf.

“dengan wajah penuh penyesalan, mereka datang ke sekolah. bahkan sempat membuat video klarifikasi. tapi keputusan tetap harus kami ambil demi menjaga marwah sekolah,” tegas muchlis, dikutip dari radar tuban.

langkah tegas ini juga disebut sebagai respons atas banyaknya tekanan publik.

alumni, netizen, hingga orang tua murid meminta agar sekolah memberi sanksi tegas guna menciptakan efek jera.

“keputusan ini diambil karena banyaknya desakan dari masyarakat dan para alumni agar mereka diberi efek jera,” kata muchlis. “kami harap video ini segera dihapus dan tidak disebarluaskan lagi.”

penyesalan yang terlambat

nf, siswi yang merekam video, turut meminta maaf dengan suara terbata-bata.

ia mengaku tindakannya sebagai bentuk solidaritas kepada temannya, namun kini menyadari dampak besar yang telah terjadi.

“semoga saya dimaafkan. tindakan saya juga telah mencoreng nama sekolah ini,” ujar nf dengan nada penuh sesal, dikutip dari radar tuban.

ra pun menyampaikan hal serupa.

meski awalnya hanya ingin menanyakan maksud dari emoticon sang guru, tindakannya yang frontal dan direkam justru membawa petaka.

tidak bisa diberikan surat pindah

muchlis menjelaskan bahwa keduanya dikeluarkan tanpa surat pindah karena baru duduk di kelas x.

"surat pindah hanya bisa diberikan untuk siswa kelas xi. karena ini baru seminggu masuk sekolah, kami hanya keluarkan," katanya.

kini, nasib pendidikan kedua siswi itu menjadi tanda tanya.

pihak sekolah mengaku tidak bisa memberikan jaminan apakah mereka bisa melanjutkan sekolah di tempat lain.

kasus ini menjadi pelajaran penting bagi dunia pendidikan indonesia, terutama dalam menghadapi era digital yang serba cepat dan mudah tersebar.

hal kecil yang dianggap sepele bisa berdampak besar terhadap nama baik sekolah dan pribadi siswa.

“setiap jumat pagi kami rutin adakan pembinaan karakter lewat literasi alquran sesuai instruksi gubernur sulsel. di situ saya sampaikan siraman rohani agar siswa tidak melakukan hal serupa,” ungkap muchlis kepada kompas.com.

peristiwa ini bukan hanya tentang jari tengah atau emoticon salah kirim.

ini adalah kisah tentang kurangnya literasi digital, empati, dan disiplin di kalangan pelajar.

di tengah gempuran konten viral, nilai-nilai etika dan penghormatan terhadap guru tak boleh dilupakan.

sekolah berharap peristiwa ini menjadi bahan evaluasi, bukan hanya bagi siswa, tapi juga bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat luas.

“kadang, hal kecil yang kita anggap biasa justru meninggalkan jejak yang dalam,” pungkas muchlis.

Tag
Share