bacakoran.co - kasus keracunan massal kembali bikin geger masyarakat.
kali ini, ratusan siswa mulai dari paud hingga sma/smk di kecamatan cipongkor, kabupaten bandung barat, jawa barat, dilaporkan mengalami gejala keracunan usai menyantap menu makan bergizi gratis (mbg).
menurut laporan awal, dugaan penyebab keracunan adalah makanan mbg yang dimasak terlalu dini sehingga saat dibagikan kondisinya sudah tidak segar.
akibatnya, menu yang seharusnya menyehatkan justru berbalik mengancam kesehatan para siswa.
koordinator sppg wilayah bandung barat, gani djundjunan, menjelaskan bahwa dapur penyedia menu mbg biasanya memasak ribuan porsi setiap hari.
“dalam sehari, sppg memasak sekitar 3.467 porsi untuk beberapa sekolah dasar. diduga karena dimasak terlalu dini, makanan jadi kurang layak saat sampai ke tangan siswa,” jelasnya.
untuk sementara, operasional dapur sppg tersebut dihentikan guna menghindari kasus serupa terjadi kembali.
pihak dinas kesehatan kabupaten bandung barat juga turun tangan.
mereka mengambil sampel muntahan siswa untuk diperiksa lebih lanjut di labkesda jawa barat.
menu yang sempat dikonsumsi para siswa di antaranya ayam kecap, tahu goreng, sayur, dan buah-buahan.
“kami sudah membawa sampel muntahan ke lab. dari keterangan beberapa siswa, mereka mencium bau tak sedap saat membuka kotak makan mbg berbahan stainless,” kata plt kepala dinas kesehatan kbb, lia n sukandar.
hal ini diperkuat dengan keterangan bahwa banyak siswa tidak menghabiskan makanannya karena merasa aromanya tidak segar.
data terbaru mencatat 364 siswa terdampak keracunan massal ini.
para korban segera mendapat penanganan medis di beberapa lokasi, seperti gor kecamatan cipongkor, rsud cililin, puskesmas cipongkor, serta rsia anugrah.
meski kondisi sebagian besar siswa berangsur membaik, kasus ini tetap menimbulkan kekhawatiran besar, terutama bagi orang tua dan pihak sekolah.
kasus ini sekaligus menjadi perhatian serius bagi pelaksanaan program makan bergizi gratis (mbg).
program yang sejatinya bertujuan meningkatkan gizi dan kesehatan anak sekolah perlu dievaluasi agar kejadian serupa tidak terulang.
penanganan distribusi makanan, kebersihan penyimpanan, hingga pengawasan kualitas menu harus lebih diperketat.
dengan begitu, program mbg bisa tetap berjalan sesuai tujuan mulianya tanpa mengorbankan kesehatan siswa.