bacakoran.co

Lonjakan Kasus Keracunan MBG, Natalius Pigai Curiga Ada Pihak yang Tak Ingin Indonesia Maju

Lonjakan kasus keracunan mbg, natalius pigai curiga ada pihak yang tak Ingin Indonesia maju, korban tembus 6.000 orang--

Sementara itu, Kepala BGN, Dadan Hindayana, mengonfirmasi adanya peningkatan kasus keracunan. Berdasarkan investigasi awal, ada dua faktor utama penyebab keracunan:

1. Sanitasi dapur yang buruk di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

BACA JUGA:Puluhan Siswa SDN 01 Gedong Keracunan Diduga Usai Santap Makanan Bergizi Gratis, Begini Kronologinya!

BACA JUGA:Heboh! Spotify Ditinggal Pendirinya Setelah 19 Tahun, Ada Apa?

2. Holding time atau lamanya makanan disimpan sebelum dikonsumsi.

“Banyak makanan yang dimasak dini hari, lalu baru dikonsumsi beberapa jam setelahnya. Hal ini memberi peluang bakteri berkembang,” jelas Dadan.

Sebagai langkah tegas, BGN menutup sementara puluhan dapur SPPG yang terbukti melanggar Standar Operasional Prosedur (SOP).

Tidak hanya itu, pemerintah kini mewajibkan setiap dapur memiliki ahli gizi dan staf pendamping untuk memastikan kualitas makanan tetap terjaga.

BACA JUGA:Pilu, Ditinggal Orang Tua Pergi Rumah Terbakar, 2 Anak Laki-laki dan 2 Temannya Tewas Terjebak Api

BACA JUGA:Gempa Dahsyat M6,9 Guncang Tetangga RI, 27 Tewas dan Ratusan Luka-Luka, Begini Kesaksian Warga Selamat!

Kasus keracunan massal MBG ini menjadi peringatan keras bahwa program besar pemerintah harus dijalankan dengan standar tinggi.

Jika tidak, niat baik justru bisa berbalik menjadi bencana kesehatan.

Natalius Pigai menegaskan, program ini harus dijaga dari pihak-pihak yang ingin menggagalkan kemajuan bangsa.

“Rakyat butuh sehat, pintar, dan kuat. Jangan ada yang mencoba menghalangi,” pungkasnya.

Lonjakan Kasus Keracunan MBG, Natalius Pigai Curiga Ada Pihak yang Tak Ingin Indonesia Maju

Melly

Melly


bacakoran.co - program makan bergizi gratis (mbg) yang seharusnya menjadi solusi meningkatkan kualitas gizi anak bangsa kini berubah jadi sorotan tajam.

ribuan penerima manfaat justru mengalami , dengan angka korban sudah menembus lebih dari 6.000 orang.

data badan gizi nasional (bgn) mencatat, kasus terbanyak terjadi di pulau jawa.

alih-alih memperbaiki nutrisi dan mendukung tumbuh kembang anak indonesia, program ini malah menghadirkan risiko kesehatan serius.

kondisi ini memunculkan berbagai spekulasi, salah satunya dari menteri ham, natalius pigai, yang menduga ada pihak tertentu yang tidak ingin bangsa ini berkembang.

dalam konferensi pers di kantor kementerian ham pada rabu (1/10/2025), pigai menyampaikan kecurigaan kerasnya.

“menurut saya itu mungkin lebih cenderung orang yang tidak ingin bangsa indonesia maju. orang yang tidak ingin orang indonesia kenyang, orang yang tidak ingin agar rakyat pintar, rakyat sehat. orang yang mau ingin rakyat dibebani, dibebani dengan beri makan setiap hari. orang yang ingin agar supaya anak konsentrasi pecah karena lapar,” tegas pigai.

ia menilai kasus berulang ini menunjukkan lemahnya pengawasan

menurutnya, penyebab keracunan di tiap daerah bisa berbeda, mulai dari supplier, produsen makanan, hingga standar higienitas yang tidak sama.

“sekarang kita cek. makan bergizi gratis ini pelaksanaannya masing-masing berbeda-beda orang. supplier makanan juga berbeda-beda. ya. yang di bogor, di bogor saja masing-masing berbeda orang supplier-nya. kemudian yang produsen makanan juga berbeda-beda orang, pengawasan juga berbeda-beda, pengaturan higienis juga berbeda-beda orang,” ujarnya.

sementara itu, kepala bgn, dadan hindayana, mengonfirmasi adanya peningkatan kasus keracunan. berdasarkan investigasi awal, ada dua faktor utama penyebab keracunan:

1. sanitasi dapur yang buruk di satuan pelayanan pemenuhan gizi (sppg).

2. holding time atau lamanya makanan disimpan sebelum dikonsumsi.

“banyak makanan yang dimasak dini hari, lalu baru dikonsumsi beberapa jam setelahnya. hal ini memberi peluang bakteri berkembang,” jelas dadan.

sebagai langkah tegas, bgn menutup sementara puluhan dapur sppg yang terbukti melanggar standar operasional prosedur (sop).

tidak hanya itu, pemerintah kini mewajibkan setiap dapur memiliki ahli gizi dan staf pendamping untuk memastikan kualitas makanan tetap terjaga.

kasus keracunan massal mbg ini menjadi peringatan keras bahwa program besar pemerintah harus dijalankan dengan standar tinggi.

jika tidak, niat baik justru bisa berbalik menjadi bencana kesehatan.

natalius pigai menegaskan, program ini harus dijaga dari pihak-pihak yang ingin menggagalkan kemajuan bangsa.

“rakyat butuh sehat, pintar, dan kuat. jangan ada yang mencoba menghalangi,” pungkasnya.

Tag
Share