bacakoran.co - fenomena kemunculan sering kali dikaitkan dengan sosok bermata satu yang akan muncul menjelang kiamat.
namun, menurut berbagai sumber keagamaan termasuk , fitnah dajjal tidak selalu harus menunggu kehadiran fisik makhluk tersebut.
fitnahnya bisa hadir lebih awal, menyusup melalui pemikiran, pernyataan, dan retorika yang menyimpang dari ajaran islam.
ini sangat halus namun memiliki dampak yang luar biasa. banyak orang tersesat dari jalan allah tanpa menyadari bahwa mereka telah terpengaruh oleh narasi yang menyesatkan.
perbedaan makna “dajjal” dan “masih dajjal”
dalam kajian keislaman, istilah “dajjal” dan “masih dajjal” sering disamakan, padahal memiliki makna yang berbeda.
“masih dajjal” merujuk pada makhluk nyata yang akan muncul sebagai tanda akhir zaman.
sementara “dajjal” dalam konteks umum lebih merujuk pada sifat pendusta, terutama yang mengganggu keimanan umat islam.
penjelasan ustadz adi hidayat tentang fitnah dajjal
pendakwah muhammadiyah, ustadz adi hidayat (uah), menjelaskan bahwa fitnah dajjal bukan sekadar urusan duniawi, melainkan sangat berkaitan dengan akidah.
dalam hadits riwayat muslim, kitab jilid pertama halaman 111 bab keempat, disebutkan bahwa akan datang masa di mana para pendusta berbicara dengan gaya meyakinkan, padahal isi ucapannya adalah kesesatan.
uah menegaskan:
“orang-orang ini bisa bicara dengan sangat indah, retorikanya mengesankan, bahkan mengutip ayat-ayat al-qur’an. tapi yang mereka sampaikan justru mengeluarkan orang dari keyakinan terhadap allah. bahkan para pendengar dari zaman dulu pun akan terkejut jika mendengarnya.”
contoh nyata dari fitnah tersebut adalah pernyataan bahwa semua agama itu sama.
menurut uah, klaim ini bertentangan dengan ajaran islam dan bisa menggiring umat kepada kekeliruan akidah.
dalam surah al-baqarah ayat 204–207, allah memperingatkan tentang orang yang pandai bicara namun sejatinya adalah musuh paling jahat.
ceramah ini dirangkum dari video yang tayang di kanal youtube @ceramahaswajaislami pada senin, 21 april 2025, yang membahas secara mendalam bahaya fitnah dajjal dalam konteks kekinian.
pluralisme dan penyimpangan akidah
uah juga mengungkap bahwa bahkan orang-orang jahiliah dulu tidak pernah menyamakan semua agama.
ketika mereka datang kepada nabi muhammad saw, mereka berkata, “kita memang beda.” perbedaan itu diakui, meski mereka belum mendapat hidayah.
ironisnya, di zaman sekarang justru banyak orang terpelajar yang menyatakan semua agama sama.
uah menyebut pernah membaca buku yang mencaci ulama besar seperti imam syafi’i dengan dalih pluralisme.
buku tersebut mengutip ayat-ayat al-qur’an secara serampangan untuk membenarkan klaim bahwa semua agama benar.
menurut uah, sikap seperti ini sangat mencerminkan sifat dajjal—bukan sebagai makhluk, melainkan sebagai karakter yang menyesatkan.
sikap islam terhadap penyimpangan
uah menekankan pentingnya sikap tegas dalam menjaga akidah.
ia mengutip surah an-nisa ayat 140:
“jika ada orang yang memperolok agama atau menyimpang dari al-qur’an, maka umat islam cukup meninggalkan mereka, tidak perlu meladeni dengan caci maki atau kebencian.”
tujuannya bukan untuk merendahkan, melainkan agar mereka sadar dan kembali ke jalan yang benar.
isolasi sosial ini adalah bentuk kasih sayang allah agar mereka memperoleh hidayah melalui kesadaran pribadi.
uah juga menyarankan agar umat islam tidak memberi panggung kepada penyimpangan.
jangan undang mereka untuk berceramah, jangan dengarkan medianya, dan jangan baca bukunya.
biarkan mereka sadar bahwa sikap menyimpang tidak mendapat dukungan.
islam dan toleransi
dalam islam, toleransi tetap dijunjung tinggi.
setiap orang berhak memilih agamanya.
namun, uah menegaskan bahwa keyakinan bahwa islam adalah satu-satunya agama yang benar adalah keharusan bagi seorang muslim.
ini bukan bentuk arogansi, melainkan keimanan.
surah ali imran ayat 19 menyatakan:
“sesungguhnya agama di sisi allah adalah islam.”
maka ketika seorang muslim berkata, “islam yang paling benar,” itu bukan pelanggaran hukum atau intoleransi.
justru itu bentuk keyakinan yang dilindungi oleh konstitusi.
pasal 29 ayat 1 dan 2 uud 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak memeluk agama dan beribadah menurut kepercayaannya.
jika ada muslim yang berkata semua agama benar, menurut uah, ia telah salah dua kali, tidak memahami al-qur’an dan melanggar konstitusi.
bahkan dalam terminologi al-qur’an, orang seperti ini disebut sebagai munafik.
allah menyebutkan bahwa orang munafik akan dikumpulkan bersama orang kafir di neraka jahanam, bahkan disebut lebih dahulu karena bahayanya lebih besar.
urusan akidah tidak bisa ditawar. uah mengajak umat islam untuk memperkuat keimanan, memperdalam ilmu agama, dan senantiasa berpegang teguh pada al-qur’an dan sunnah.
fitnah dajjal bisa datang dalam bentuk pemikiran dan perkataan yang menipu.
maka dari itu, kewaspadaan dan keteguhan prinsip adalah benteng utama menghadapi zaman yang penuh fitnah.