Update Terbaru Ponpes Al Khoziny Ambruk: Evakuasi Korban Dikebut 24 Jam
Update Terbaru Ponpes Al Khoziny Ambruk: Evakuasi Korban Dikebut 24 Jam--Disway
BACAKORAN.CO - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Dr. Suharyanto, menegaskan bahwa fokus utama dalam penanganan darurat bencana kali ini tetap diarahkan pada operasi pencarian dan evakuasi jenazah.
Menurutnya, prioritas tertinggi adalah menemukan para korban yang masih tertimbun reruntuhan dan memastikan proses identifikasi berjalan dengan akurat dan penuh kehati-hatian.
Dalam konferensi pers yang digelar di lokasi posko utama, Suharyanto menyampaikan bahwa seluruh tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Basarnas, relawan, dan tenaga medis telah bekerja tanpa henti selama 24 jam penuh, menggunakan sistem kerja tiga shift agar operasi tidak terputus.
“Kita tidak pernah kekurangan personel. Ratusan petugas telah kami datangkan dari berbagai daerah, dan mereka bekerja dalam tiga pembagian waktu kerja. Semua bergerak secara profesional, dengan semangat kemanusiaan yang tinggi,” ujar Suharyanto kepada awak media.
BACA JUGA:Dukung Ratu Sinuhun Sebagai Pahlawan Nasional Sosialisasikan Langsung Hingga ke Kelurahan
Ia juga menambahkan bahwa medan yang dihadapi oleh tim lapangan sangat berat.
Tumpukan beton yang tebal dan padat menjadi penghalang utama dalam menjangkau titik-titik yang diduga masih terdapat korban.
Oleh karena itu, penggunaan alat berat menjadi sangat krusial. Namun, pengoperasian alat berat dilakukan dengan pengawasan ketat agar tidak membahayakan keselamatan petugas maupun memperburuk kondisi jenazah yang tertimbun.
Setiap jenazah yang berhasil ditemukan langsung dibawa ke Posko DVI (Disaster Victim Identification) untuk menjalani proses identifikasi.
BACA JUGA:Penembakan Brutal di Sydney: 100 Peluru Ditembakkan, 20 Orang Luka-luka, Pelaku Sudah Ditangkap
BACA JUGA:Shutdown AS Terbaru! Negosiasi Buntu, Pemerintah Bakal PHK Massal 750 Ribu PNS!
Tim DVI gabungan dari Polri dan tenaga medis bekerja dengan ekstra hati-hati, mengingat sebagian besar korban ditemukan dalam kondisi yang sangat sulit dikenali.
Proses identifikasi dilakukan melalui pencocokan data antemortem, yakni data korban sebelum meninggal seperti catatan medis, sidik jari, atau DNA dari keluarga, dengan data postmortem yang diperoleh dari jenazah.