bacakoran.co - di tengah arus deras tren fashion, gaya hidup modern, dan dominasi media sosial, muncul kekhawatiran yang semakin relevan dalam perspektif islam tentang fenomena wanita .
konsep ini bukan sekadar wacana teologis, melainkan refleksi sosial yang nyata dalam kehidupan kontemporer.
sejumlah ayat dan rasulullah saw menjadi rambu-rambu penting bagi perempuan muslim agar tetap berpijak pada etika dan norma syar’i di tengah gemerlap dunia yang kian menggoda.
apa itu wanita akhir zaman?
istilah "wanita akhir zaman" berasal dari bahasa arab, al-ākhir (akhir) dan zamān (masa), yang secara literal merujuk pada fase menjelang kiamat.
dalam tafsir sosial-keagamaan, istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi moral perempuan di era modern yang sarat dengan penyimpangan nilai, dekadensi akhlak, dan pergeseran identitas spiritual.
para ulama mengaitkan fenomena ini dengan meningkatnya praktik tabarruj—yakni kebiasaan memperlihatkan aurat secara berlebihan—serta perubahan perilaku sosial perempuan yang dinilai tidak sejalan dengan prinsip syariat islam.
fenomena ini bukan sekadar mitos eskatologis, tetapi juga kritik atas realitas zaman yang menyilaukan umat oleh gemerlap dunia dan standar kecantikan artifisial.
ayat al-qur’an yang menjadi peringatan
meskipun istilah "wanita akhir zaman" tidak disebutkan secara eksplisit dalam al-qur’an, sejumlah ayat memberikan fondasi moral yang kuat bagi perempuan muslim.
berikut beberapa rujukan utama:
1. surat yusuf ayat 28
"sesungguhnya ini adalah tipu dayamu. sungguh, tipu dayamu itu besar." (qs. yusuf: 28)
ayat ini menyinggung tipu daya seorang perempuan yang mencoba menggoda nabi yusuf.
frasa "inna kaidakunna ‘azhim" menjadi refleksi atas pentingnya menjaga niat dan moral dalam interaksi sosial.
2. surat an-nur ayat 31
“hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak.” (qs. an-nur: 31)
ayat ini menginstruksikan perempuan untuk menjaga pandangan dan menutup aurat sebagai bentuk perlindungan diri dan kehormatan.
3. surat al-ahzab ayat 33
“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah bertabarruj seperti orang-orang jahiliyah dahulu…” (qs. al-ahzab: 33)
peringatan agar perempuan tidak tampil mencolok seperti masa jahiliyah menjadi relevan di era media sosial yang mendorong eksposur berlebihan.
4. surat al-ahzab ayat 59
“hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka… agar mereka lebih mudah dikenali dan tidak diganggu.” (qs. al-ahzab: 59)
jilbab disebut sebagai simbol identitas dan perlindungan, bukan sekadar fashion item.
hadis rasulullah saw tentang fitnah wanita
rasulullah saw juga menegaskan bahwa salah satu fitnah terbesar bagi umat adalah wanita:
“tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita.” (hr. bukhari dan muslim)
dalam hadis riwayat imam ahmad, rasulullah menggambarkan kondisi wanita akhir zaman:
"wanita-wanita mereka berpakaian tetapi telanjang, kepala mereka bagaikan punuk unta yang kurus, laknatlah mereka karena sesungguhnya mereka adalah wanita-wanita terlaknat."
hadis ini menggambarkan penampilan perempuan yang mengenakan pakaian minim dan berhias berlebihan, melampaui batas syariat.
realitas sosial dan tantangan moral
fenomena ini kini terlihat nyata dalam kehidupan sehari-hari.
maraknya konten sensual di media sosial, budaya pamer kekayaan dan kecantikan, serta dominasi standar kecantikan digital menjadi potret dari arus globalisasi nilai.
banyak perempuan yang terjebak dalam tekanan sosial untuk tampil menarik, meskipun harus mengorbankan nilai spiritual dan moral.
tren ini tidak hanya digemari, tetapi juga dikomodifikasi melalui industri fashion digital dan e-commerce.
akibatnya, nilai-nilai kesantunan, kesederhanaan, dan kehormatan yang diajarkan dalam islam semakin terpinggirkan.
pentingnya kembali ke nilai qurani
di tengah tantangan ini, penting bagi perempuan muslim untuk membangun kesadaran kolektif dan kembali pada nilai-nilai qurani.
etika berpakaian, menjaga aurat, dan perilaku sosial yang santun bukan hanya soal kepatuhan, tetapi juga bentuk perlindungan diri dan penghormatan terhadap martabat perempuan.
dengan menjadikan al-qur’an dan hadis sebagai pedoman, perempuan dapat tetap relevan di era modern tanpa harus kehilangan jati diri spiritualnya.
kesederhanaan, kehormatan, dan kesantunan adalah nilai-nilai abadi yang tak lekang oleh zaman.