bacakoran.co

Film Jangan Panggil Mama Kafir Tayang 16 Oktober 2025, Ini Cerita Lengkapnya!

Jangan Panggil Mama Kafir merupakan film Indonesia terbaru yang tayang 16 Oktober 2025--Ist

BACA JUGA:Teror di Balik Manisnya Tebu: Pabrik Gula, Film Horor Lokal yang Angkat Budaya Mistis Indonesia!

“Film ini menceritakan hubungan ibu dan anak yang penuh toleransi. Bukan soal agama, tapi soal cinta dan komitmen,” jelas Yoen.

Konflik dalam film semakin memuncak ketika Umi Habibah, ibu dari Fafat yang diperankan oleh Elma Theana, menggugat hak asuh atas Laila.

Pertarungan emosional di ruang sidang menjadi titik klimaks cerita, hingga akhirnya Laila, yang diperankan oleh pendatang baru Humaira Jahra, mengucapkan kalimat yang mengguncang semua pihak dan menjadi penentu nasib keluarganya.

Dengan alur cerita yang menyentuh dan akting para pemain yang kuat, Jangan Panggil Mama Kafir diharapkan mampu membuka ruang diskusi tentang toleransi, cinta lintas iman, dan kekuatan seorang ibu dalam menghadapi dunia yang sering kali tidak ramah.

BACA JUGA:5 Film Indonesia yang Cocok Ditonton Bareng Keluarga di Suasana Lebaran, dari Kartun sampai Islami!

BACA JUGA:Dari Horor Sampai Animasi! 8 Film Terbaru yang Tayang di Bioskop Saat Libur Lebaran 2025

Film ini bukan hanya hiburan, tetapi juga cermin sosial yang mengajak penonton untuk merenung dan memahami bahwa kasih sayang sejati tak pernah mengenal batas.

Film Jangan Panggil Mama Kafir Tayang 16 Oktober 2025, Ini Cerita Lengkapnya!

Ayu

Ayu


bacakoran.co - rumah produksi ternama maxima pictures kembali menunjukkan eksistensinya di industri perfilman nasional dengan menghadirkan karya terbaru berjudul jangan panggil mama kafir.

kali ini, maxima pictures menggandeng rocket studio entertainment sebagai mitra produksi, mempersembahkan sebuah drama keluarga yang sarat emosi dan nilai kemanusiaan.

film ini dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop indonesia pada tanggal 16 oktober 2025, bertepatan dengan perayaan ulang tahun ke-21 maxima pictures.

menariknya, jangan panggil mama kafir juga menjadi film ke-60 yang diproduksi oleh rumah produksi tersebut, sebuah pencapaian yang menandai dedikasi mereka dalam membangun sinema indonesia.

disutradarai oleh dyan sunu prastowo, film ini mengangkat tema yang jarang disentuh secara mendalam di layar lebar: cinta yang melampaui batas keyakinan, janji yang mengikat lintas agama, dan perjuangan seorang ibu dalam menghadapi stigma sosial.

cerita berpusat pada tokoh maria, seorang perempuan nasrani yang jatuh cinta pada fafat, putra seorang ustadzah.

meski hubungan mereka ditentang oleh lingkungan sekitar, keduanya tetap bersatu dalam ikatan pernikahan dan dikaruniai seorang putri bernama laila.

namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. takdir berkata lain ketika fafat meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan tragis.

sebelum menghembuskan napas terakhir, fafat meninggalkan amanah kepada maria: membesarkan laila sesuai ajaran islam. dari sinilah perjalanan batin maria dimulai.

ia berusaha menepati janji suaminya dengan sepenuh hati, belajar memahami nilai-nilai islam, dan menghadapi berbagai penolakan serta prasangka dari lingkungan sekitar.

perjuangan maria sebagai ibu tunggal menjadi inti dari film ini, sebuah kisah tentang cinta, pengorbanan, dan keberanian untuk tetap berdiri tegak di tengah badai.

michelle ziudith dipercaya memerankan karakter maria. dalam konferensi pers, michelle mengungkapkan bahwa peran ini membawanya pada perjalanan emosional yang mendalam.

ia menyebut maria sebagai sosok ibu yang cinta kasihnya melampaui batas keyakinan dan latar belakang.

“cinta seorang ibu tidak mengenal keadaan atau batas. ia merangkul banyak rasa sekaligus,” ujar michelle.

ia juga menuturkan bahwa karakter maria membuatnya kembali mengenang hubungan pribadinya dengan sang ibu.

giorgino abraham yang berperan sebagai fafat menilai film ini bukan sekadar drama keluarga, melainkan ruang refleksi bagi penonton untuk belajar menghargai perbedaan.

“iman itu harus kita pegang utuh, tapi cinta juga harus dilihat dari sisi logika. kita harus belajar menghargai keputusan orang lain untuk memeluk agama yang mereka yakini,” ungkap giorgino.

dari sisi produksi, produser maxima pictures, yoen k, menegaskan bahwa jangan panggil mama kafir bukanlah film religi.

menurutnya, film ini adalah drama keluarga yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi.

ia mengungkapkan bahwa cerita film ini terinspirasi dari kisah nyata yang banyak terjadi di masyarakat indonesia yang majemuk.

“film ini menceritakan hubungan ibu dan anak yang penuh toleransi. bukan soal agama, tapi soal cinta dan komitmen,” jelas yoen.

konflik dalam film semakin memuncak ketika umi habibah, ibu dari fafat yang diperankan oleh elma theana, menggugat hak asuh atas laila.

pertarungan emosional di ruang sidang menjadi titik klimaks cerita, hingga akhirnya laila, yang diperankan oleh pendatang baru humaira jahra, mengucapkan kalimat yang mengguncang semua pihak dan menjadi penentu nasib keluarganya.

dengan alur cerita yang menyentuh dan akting para pemain yang kuat, jangan panggil mama kafir diharapkan mampu membuka ruang diskusi tentang toleransi, cinta lintas iman, dan kekuatan seorang ibu dalam menghadapi dunia yang sering kali tidak ramah.

film ini bukan hanya hiburan, tetapi juga cermin sosial yang mengajak penonton untuk merenung dan memahami bahwa kasih sayang sejati tak pernah mengenal batas.

Tag
Share