bacakoran.co - clara shinta, selebgram yang dikenal dengan gaya hidup mewah dan persona cerianya, baru-baru ini mengungkapkan sisi rapuh dalam pernikahannya dengan sang suami, muhammad alexander assad.
dalam sebuah sesi podcast bersama denny sumargo, clara membagikan curahan hatinya yang menyentuh banyak orang, tentang rasa sepi yang ia rasakan di tengah kebersamaan.
clara mengaku bahwa dirinya merasa kurang diperhatikan oleh sang suami. bukan karena assad tidak hadir secara fisik, melainkan karena kehadirannya terasa kosong.
menurut clara, sang suami lebih sering tenggelam dalam layar ponsel, menonton drama china, ketimbang berinteraksi langsung dengannya.
“gua tuh orangnya suka diperhatiin, dia perhatiin drama cina,” ujar clara.
bagi clara, perhatian bukan sekadar berada di satu ruangan yang sama. ia mendambakan komunikasi yang hangat, tatapan mata yang tulus, dan percakapan yang bermakna.
namun yang ia dapatkan justru sebaliknya. suaminya lebih memilih mengekspresikan kasih sayang lewat sentuhan fisik, seperti menggenggam tangan, tanpa disertai komunikasi yang mendalam.
hal ini membuat clara merasa hampa, seolah dirinya hanya menjadi pelengkap dalam rutinitas sang suami.
salah satu momen yang paling membekas dalam ingatannya terjadi saat mereka sedang berada di dalam mobil.
“dia pegang tangan aku terus dari awal berangkat sampai pulang, tapi nggak ngeliatin aku, nggak ngajak ngobrol, nontonnya drama cina. gimana tuh? jadi nggak ketemu,” kisahnya.
momen yang seharusnya menjadi waktu berkualitas bersama justru berubah menjadi ruang sunyi yang menyakitkan.
kebiasaan sang suami menonton drama china, terutama di malam hari, menjadi pemicu utama konflik dalam rumah tangga mereka.
clara merasa tersaingi oleh karakter-karakter fiktif dalam serial tersebut. ia bahkan sempat melontarkan kalimat yang menyentuh sekaligus menyindir.
“sampai aku bilang, ‘apakah aku… mendingan aku jadi drama cina aja deh daripada aku jadi istri kamu,’” ungkapnya, mencoba menertawakan luka yang sebenarnya dalam.
namun, clara menegaskan bahwa masalah ini bukan sekadar tentang tontonan. lebih dari itu, ini adalah persoalan perbedaan cara mencintai, perbedaan love language.
clara merasa bahwa dirinya membutuhkan quality time dan komunikasi sebagai bentuk utama kasih sayang, sementara suaminya lebih nyaman mengekspresikan cinta lewat sentuhan fisik.
perbedaan ini, jika tidak dikomunikasikan dengan baik, bisa menjadi jurang yang memisahkan dua hati yang seharusnya saling menguatkan.
curhatan clara shinta ini pun menuai beragam reaksi dari publik. banyak yang merasa relate dengan perasaannya, bahwa kehadiran fisik tanpa koneksi emosional bisa terasa lebih menyakitkan daripada ketidakhadiran itu sendiri.
di era digital seperti sekarang, di mana layar sering kali lebih menarik daripada percakapan nyata, kisah clara menjadi pengingat bahwa cinta butuh lebih dari sekadar kebersamaan. ia butuh perhatian, komunikasi, dan kehadiran yang utuh.
apakah curhat ini akan menjadi titik balik dalam hubungan mereka? ataukah justru membuka babak baru dalam perjalanan rumah tangga clara dan assad? hanya waktu yang bisa menjawab.
namun satu hal yang pasti, clara telah berani menyuarakan isi hatinya, dan itu adalah langkah pertama menuju perubahan.