bacakoran.co — dunia industri alas kaki di diguncang kabar hengkangnya dua raksasa global, nike dan dari tangerang.
nasib ribuan pekerja di pabrik-pabrik itu disebut terancam.
kementerian perindustrian (kemenperin) pun angkat bicara soal kabar hengkangnya pabrik nike dan adidas dari tangerang tersebut.
menurut rizky aditya wijaya, direktur industri tekstil, kulit, dan alas kaki kemenperin, faktor upah tenaga kerja menjadi alasan paling kuat.
“industri alas kaki itu padat karya, dan komponen terbesar dalam produksinya adalah upah tenaga kerja. jadi bukan berarti mereka berhenti produksi, tapi pindah ke wilayah yang lebih murah biaya tenaganya,” jelas rizky.
rizky menyebut, sebagian pabrik yang sebelumnya beroperasi di tangerang kini disebut telah direlokasi ke wilayah tengah pulau jawa, di antaranya cirebon, brebes, pekalongan, dan batang.
relokasi diam-diam?
meski belum ada pernyataan resmi dari pihak perusahaan, rizky mengaku telah menerima informasi dari asosiasi persepatuan indonesia (aprisindo) mengenai perpindahan fasilitas produksi tersebut.
“informasinya memang mereka pindah ke cirebon. tapi komunikasi langsung dari perusahaan belum kami terima. kita akan terus kawal perkembangan ini,” tegasnya.
kabar ini sontak membuat ribuan buruh di tangerang resah, khawatir nasib mereka akan berakhir dengan phk massal.
kspi ungkap rantai pindahan besar-besaran
kabar serupa juga disampaikan oleh presiden partai buruh sekaligus presiden kspi, said iqbal.
ia menyebut langkah relokasi ini sudah menjadi tren lama di sektor alas kaki, dengan alasan klasik yakni upah tenaga kerja yang jauh lebih rendah di daerah.
“kalau tah sung dan long rich itu pindah ke cirebon dan brebes. victory chingluh kabarnya ke pekalongan atau batang,” ujar said.
menurutnya, perusahaan global seperti nike dan adidas biasanya bekerja sama dengan vendor atau mitra manufaktur lokal seperti tah sung, long rich, dan victory chingluh--yang kini memindahkan operasi mereka demi efisiensi.
ada relokasi, industri alas kaki nasional masih tumbuh
menariknya, di tengah gelombang relokasi, kemenperin justru mencatat kinerja industri alas kaki nasional masih tumbuh positif — mencapai 8 persen sepanjang tahun ini.
artinya, secara keseluruhan, sektor ini masih menunjukkan daya tahan kuat di tengah tekanan ekonomi dan perubahan lokasi produksi.
“kita masih optimis, karena permintaan global terhadap produk alas kaki indonesia tetap tinggi,” ujar rizky.