bacakoran.co

Ternyata Ini Makna Hadis Rasulullah tentang Budak Melahirkan Tuannya sebagai Tanda Kiamat

Hadis Rasulullah SAW tentang budak melahirkan tuannya jadi tanda kiamat. Ulama jelaskan makna literal dan kiasan.--Freepik.com

BACAKORAN.CO - Dalam ajaran Islam, Rasulullah SAW telah menyampaikan sejumlah tanda-tanda kiamat yang akan terjadi menjelang berakhirnya kehidupan dunia.

Salah satu tanda yang disebutkan dalam hadis adalah fenomena “budak melahirkan tuannya”.

Hadis ini muncul dalam sebuah peristiwa ketika malaikat Jibril datang menemui Rasulullah SAW dengan menjelma sebagai manusia biasa, lalu mengajukan pertanyaan tentang kiamat.

Riwayat hadis tersebut berbunyi: Jibril bertanya: “Beritahukan kepadaku tentang waktu kiamat?” Nabi menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya.” Jibril kembali bertanya: “Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya?” Rasulullah SAW menjawab: “Apabila seorang hamba sahaya melahirkan majikannya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, saling meninggikan bangunan.” (HR Muslim).

Hadis ini menegaskan bahwa salah satu tanda kiamat adalah ketika seorang budak wanita melahirkan tuannya.

Namun, apa sebenarnya makna dari ungkapan tersebut?

Para ulama memberikan beberapa penafsiran yang berbeda, yang semuanya berusaha menjelaskan maksud simbolis maupun realitas dari hadis tersebut.

Penafsiran Pertama: Anak Menjadi Tuannya

BACA JUGA:Ternyata Ini Arti 3 Tiupan Sangkakala saat Hari Kiamat, Muslim Wajib Tahu Agar Selamat Dunia-Akhirat!

BACA JUGA:Perbanyak Taubat! 10 Ciri-ciri Wanita ini Bakal Jadi sebagai Pengikut Dajjal saat Hari Kiamat

Imam Nawawi, sebagaimana dikutip Bacakoran.co dari bersamadakwah.net, menjelaskan bahwa maksud dari hadis ini adalah ketika seorang laki-laki memiliki budak wanita, lalu berhubungan dengannya hingga budak tersebut melahirkan anak.

Anak yang lahir kemudian berstatus sebagai tuan dari ibunya.

Penafsiran ini mewakili pendapat mayoritas ulama klasik, yang melihat fenomena tersebut sebagai sesuatu yang mungkin terjadi dalam sistem perbudakan di masa lalu.

Penafsiran Kedua: Budak Dijual dan Dibeli Kembali oleh Anaknya

Makna lain yang juga dijelaskan adalah ketika seorang kaya menjual budak wanita yang telah melahirkan anak darinya.

Bertahun-tahun kemudian, anak yang telah dewasa membeli budak tersebut.

Dengan demikian, sang ibu yang sebenarnya melahirkan anak itu justru kembali menjadi budak bagi anaknya sendiri.

Penafsiran ini menggambarkan ironi dalam sistem sosial yang pernah terjadi di masa lampau.

Penafsiran Ketiga: Kiasan tentang Durhaka Anak kepada Ibu

BACA JUGA:Rasulullah SAW Pernah Jelaskan Tanda-Tanda Kiamat yang Mengerikan? Simak Ceritanya di Sini!

BACA JUGA:Muslim Wajib Tahu! Ini Rangkaian Tanda Besar Jelang Kiamat Berdasarkan Penjelasan Ulama

Sebagian ulama menafsirkan hadis ini sebagai sebuah kiasan.

Maksudnya, fenomena “budak melahirkan tuannya” terjadi ketika anak-anak tidak lagi berbakti kepada ibunya.

Mereka memperlakukan ibu seperti pembantu atau budak, menyuruh-nyuruh melakukan pekerjaan rumah tangga, memasak, mencuci, menyetrika, membersihkan rumah, dan berbagai aktivitas domestik lainnya.

Padahal, seharusnya ibu dimuliakan, dihormati, dan dijaga.

Syaikh Musthafa Dieb Al Bugha dan Syaikh Muhyidin Mistu dalam kitab Al Wafi menegaskan, “Banyak anak yang durhaka pada orangtuanya, mereka memperlakukan orangtuanya seperti perlakuan tuan terhadap budaknya.”

Fenomena yang Terjadi di Masa Kini

Jika penafsiran pertama dan kedua lebih banyak terjadi di masa lalu, maka penafsiran ketiga justru relevan dengan kondisi saat ini.

Banyak kasus di masyarakat di mana ibu diperlakukan tidak semestinya oleh anak-anaknya.

Sebagian muncul ke permukaan melalui pemberitaan media, sebagian lagi hanya menjadi cerita yang beredar di lingkungan sekitar.

Tidak sedikit pula ibu yang menahan derita dalam diam, hanya meneteskan air mata karena diperlakukan seperti pembantu oleh anaknya sendiri.

Fenomena ini menunjukkan betapa nilai-nilai penghormatan terhadap orang tua mulai terkikis.

BACA JUGA:Siapa Saja yang Dinaungi Allah SWT? Ini 7 Golongan yang Dilindungi oleh Allat saat Kiamat

BACA JUGA:Perjalanan Orang Tidak Beriman di Akhirat saat Kiamat Menurut Alquran dan Hadits

Padahal, dalam Islam, ibu memiliki kedudukan yang sangat tinggi.

Rasulullah SAW bahkan menegaskan bahwa seorang ibu lebih berhak mendapatkan bakti anaknya tiga kali lipat dibanding ayah.

Pentingnya Memuliakan Ibu

Hak seorang ibu bukan hanya untuk dihormati, tetapi juga dimuliakan dan ditaati.

Kebaikan seorang ibu tidak bisa ditebus meski seluruh dunia dipersembahkan oleh anak kepadanya.

Oleh karena itu, hadis tentang “budak melahirkan tuannya” menjadi pengingat keras agar umat Islam tidak lalai dalam berbakti kepada orang tua, khususnya ibu.

Tanda kiamat ini bukan sekadar fenomena sosial, tetapi juga peringatan spiritual.

Ia mengingatkan manusia bahwa ketika hubungan anak dan ibu rusak, ketika kasih sayang berganti dengan perlakuan kasar, maka itu adalah tanda semakin dekatnya akhir zaman.

Ternyata Ini Makna Hadis Rasulullah tentang Budak Melahirkan Tuannya sebagai Tanda Kiamat

Rida Satriani

Rida Satriani


bacakoran.co - dalam ajaran islam, rasulullah saw telah menyampaikan sejumlah tanda-tanda kiamat yang akan terjadi menjelang berakhirnya kehidupan dunia.

salah satu tanda yang disebutkan dalam hadis adalah fenomena “budak melahirkan tuannya”.

hadis ini muncul dalam sebuah peristiwa ketika malaikat jibril datang menemui rasulullah saw dengan menjelma sebagai manusia biasa, lalu mengajukan pertanyaan tentang kiamat.

riwayat hadis tersebut berbunyi: jibril bertanya: “beritahukan kepadaku tentang waktu kiamat?” nabi menjawab: “tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya.” jibril kembali bertanya: “lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya?” rasulullah saw menjawab: “apabila seorang hamba sahaya melahirkan majikannya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, saling meninggikan bangunan.” (hr muslim).

hadis ini menegaskan bahwa salah satu tanda kiamat adalah ketika seorang budak wanita melahirkan tuannya.

namun, apa sebenarnya makna dari ungkapan tersebut?

para ulama memberikan beberapa penafsiran yang berbeda, yang semuanya berusaha menjelaskan maksud simbolis maupun realitas dari hadis tersebut.

penafsiran pertama: anak menjadi tuannya

imam nawawi, sebagaimana dikutip bacakoran.co dari bersamadakwah.net, menjelaskan bahwa maksud dari hadis ini adalah ketika seorang laki-laki memiliki budak wanita, lalu berhubungan dengannya hingga budak tersebut melahirkan anak.

anak yang lahir kemudian berstatus sebagai tuan dari ibunya.

penafsiran ini mewakili pendapat mayoritas ulama klasik, yang melihat fenomena tersebut sebagai sesuatu yang mungkin terjadi dalam sistem perbudakan di masa lalu.

penafsiran kedua: budak dijual dan dibeli kembali oleh anaknya

makna lain yang juga dijelaskan adalah ketika seorang kaya menjual budak wanita yang telah melahirkan anak darinya.

bertahun-tahun kemudian, anak yang telah dewasa membeli budak tersebut.

dengan demikian, sang ibu yang sebenarnya melahirkan anak itu justru kembali menjadi budak bagi anaknya sendiri.

penafsiran ini menggambarkan ironi dalam sistem sosial yang pernah terjadi di masa lampau.

penafsiran ketiga: kiasan tentang durhaka anak kepada ibu

sebagian ulama menafsirkan hadis ini sebagai sebuah kiasan.

maksudnya, fenomena “budak melahirkan tuannya” terjadi ketika anak-anak tidak lagi berbakti kepada ibunya.

mereka memperlakukan ibu seperti pembantu atau budak, menyuruh-nyuruh melakukan pekerjaan rumah tangga, memasak, mencuci, menyetrika, membersihkan rumah, dan berbagai aktivitas domestik lainnya.

padahal, seharusnya ibu dimuliakan, dihormati, dan dijaga.

syaikh musthafa dieb al bugha dan syaikh muhyidin mistu dalam kitab al wafi menegaskan, “banyak anak yang durhaka pada orangtuanya, mereka memperlakukan orangtuanya seperti perlakuan tuan terhadap budaknya.”

fenomena yang terjadi di masa kini

jika penafsiran pertama dan kedua lebih banyak terjadi di masa lalu, maka penafsiran ketiga justru relevan dengan kondisi saat ini.

banyak kasus di masyarakat di mana ibu diperlakukan tidak semestinya oleh anak-anaknya.

sebagian muncul ke permukaan melalui pemberitaan media, sebagian lagi hanya menjadi cerita yang beredar di lingkungan sekitar.

tidak sedikit pula ibu yang menahan derita dalam diam, hanya meneteskan air mata karena diperlakukan seperti pembantu oleh anaknya sendiri.

fenomena ini menunjukkan betapa nilai-nilai penghormatan terhadap orang tua mulai terkikis.

padahal, dalam islam, ibu memiliki kedudukan yang sangat tinggi.

rasulullah saw bahkan menegaskan bahwa seorang ibu lebih berhak mendapatkan bakti anaknya tiga kali lipat dibanding ayah.

pentingnya memuliakan ibu

hak seorang ibu bukan hanya untuk dihormati, tetapi juga dimuliakan dan ditaati.

kebaikan seorang ibu tidak bisa ditebus meski seluruh dunia dipersembahkan oleh anak kepadanya.

oleh karena itu, hadis tentang “budak melahirkan tuannya” menjadi pengingat keras agar umat islam tidak lalai dalam berbakti kepada orang tua, khususnya ibu.

tanda kiamat ini bukan sekadar fenomena sosial, tetapi juga peringatan spiritual.

ia mengingatkan manusia bahwa ketika hubungan anak dan ibu rusak, ketika kasih sayang berganti dengan perlakuan kasar, maka itu adalah tanda semakin dekatnya akhir zaman.

Tag
Share