bacakoran.co - yang melanda aceh, sumatera utara, dan sumatera barat menimbulkan dampak serius pada infrastruktur dan jumlah korban.
kondisi ini juga mengganggu stabilitas layanan kesehatan di wilayah terdampak.
hingga kini, pemerintah pusat melalui terus memperkuat dukungan tenaga medis.
namun, fakta di lapangan menunjukkan kebutuhan masih jauh dari mencukupi.
situasi darurat ini menempatkan sektor kesehatan dalam tekanan berat, sementara solidaritas para relawan medis justru menjadi salah satu tumpuan utama.
kementerian kesehatan melalui direktur surveilans dan kekarantinaan kesehatan, sumarjaya, menyampaikan bahwa kebutuhan tenaga kesehatan di beberapa daerah terdampak sangat besar dan bersifat mendesak.
ia menegaskan bahwa jumlah tenaga medis idealnya sebanyak mungkin untuk mengantisipasi kelelahan dan pergantian shift di lapangan.
“kalau ditanya berapa yang dibutuhkan? sebaiknya sebanyak mungkin karena apa? lelah itu akan terjadi pergantian,” ujarnya dalam keterangan pers, dikutip dari kompas.com.
data kemenkes menunjukkan provinsi aceh menghadapi kekurangan signifikan tenaga medis, terutama dokter spesialis di berbagai bidang seperti penyakit dalam, anak, bedah ortopedi, pulmonologi, obstetri dan ginekologi, hingga apoteker.
kebutuhan ini tersebar di lima wilayah yang terdampak paling berat yaitu aceh tamiang, aceh utara, langsa, aceh tengah, dan bener meriah.
selain dokter spesialis, aceh masih membutuhkan 34 dokter umum serta perawat, bidan, tenaga farmasi, tenaga kesehatan lingkungan, dan petugas ambulans untuk memperkuat layanan di 13 kabupaten/kota.
sumatera utara pun menghadapi persoalan serupa.
daerah seperti sibolga dan tapanuli tengah tercatat kekurangan dokter spesialis bedah, dokter umum, dan sejumlah tenaga medis lainnya.
kondisi ini diperparah oleh banyaknya fasilitas kesehatan yang mengalami kerusakan akibat terendam banjir dan lumpur.
sumarjaya menegaskan perlunya ahli elektromedis untuk mengevaluasi alat kesehatan.
“apakah bisa difungsikan kembali atau tidak. nah, ini juga kita akan kirimkan tenaga untuk mengidentifikasi, mengecek alat-alat yang mungkin bisa difungsikan kembali, karena cukup mahal alat-alatnya,” ujarnya.
sumarjaya juga menekankan bahwa dalam situasi darurat seperti sekarang, keberadaan dokter umum sangat krusial karena sebagian besar kasus di lapangan membutuhkan penanganan kesehatan dasar.
meski demikian, keberadaan dokter spesialis tetap diperlukan untuk menangani pasien dengan kondisi tertentu.
dilaporkan bahwa ratusan alat kesehatan di puskesmas dan rumah sakit masih belum teridentifikasi kondisinya pasca-banjir, sehingga peran ahli elektromedis menjadi salah satu kebutuhan paling mendesak.
bencana yang melanda 51 kabupaten/kota tersebut telah mengakibatkan korban meninggal mencapai 836 orang dan ratusan lainnya dinyatakan hilang berdasarkan data badan nasional penanggulangan bencana (bnpb).
di kabupaten tapanuli selatan, tercatat 89 warga meninggal dan 109 orang hilang, sementara 8.774 warga mengungsi. pemerintah daerah mengimbau masyarakat, terutama yang membawa anak-anak, untuk memanfaatkan posko kesehatan yang telah disediakan.
“seluruh pemeriksaan dan penanganan kesehatan itu gratis. jadi, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin,” ujar pelaksana tugas kepala dinas sosial tapanuli tengah, mariati simanulang.
di tengah kekurangan tersebut, muncul cerita menggugah dari para relawan medis yang bergerak tanpa menunggu perintah negara.
wakil menteri kesehatan, benjamin, menyatakan terharu melihat banyak dokter senior yang berangkat secara sukarela ke daerah bencana. ia menceritakan bahwa 16 dokter spesialis dari universitas hasanuddin berangkat dengan biaya pribadi.
“saya tanya, siapa yang biayain? oh kami sendiri, pak wamen. saya sangat terharu,” ujarnya dalam konferensi pers.
selain dari universitas hasanuddin, relawan juga datang dari universitas indonesia dan rscm, yang mengirimkan banyak dokter untuk memperkuat layanan kesehatan darurat.
pemerintah masih terus berupaya mengatasi kekurangan tenaga kesehatan dan kerusakan fasilitas medis.
namun, di tengah keterbatasan tersebut, solidaritas para tenaga kesehatan menjadi elemen penting dalam memastikan pelayanan tetap berfungsi bagi ribuan korban bencana di sumatera.