Peralihan Konsumen: Efek Domino di Pasar Tradisional
Peralihan konsumen dari beras premium ke medium menciptakan tekanan baru di pasar tradisional.
Permintaan terhadap beras medium meningkat tajam, menyebabkan stok cepat menipis dan harga ikut terdongkrak.
Pedagang mengaku kesulitan menjaga stabilitas pasokan karena lonjakan permintaan yang tidak biasa.
BACA JUGA:Berkah Ramadan! Harga Beras Turun Rp 2 Ribu/Kilogram, Stok Aman karena Beras Melimpah, Ini Gegaranya
BACA JUGA:5 Daftar Harga Beras di Beberapa Daerah hingga Tembus Rp17 Ribu
Fenomena ini juga diperkuat oleh kelangkaan beras premium di ritel modern, menyusul kasus beras oplosan yang sempat mencuat.
Banyak konsumen kini lebih percaya membeli di pasar tradisional karena dinilai lebih transparan dan langsung dari sumber.
Faktor Penyebab: Distribusi dan Biaya Produksi
Menurut analisis dari Center of Economic and Law Studies (Celios), kelangkaan beras premium disebabkan oleh lemahnya pengawasan distribusi beras program SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan).
BACA JUGA:Harga Beras Terus Melambung, I Gusti Ketut Astawa Buka Suara
BACA JUGA:2 Daerah Ini Bakal Paksa Harga Beras Turun, Ini Gegaranya
Banyak pedagang yang mencampur beras SPHP dengan beras medium, sehingga kualitas dan harga menjadi tidak konsisten.
Selain itu, biaya produksi beras di Indonesia masih tergolong tinggi, yakni Rp4.600–Rp5.000 per kilogram, jauh lebih mahal dibanding negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam.
Hal ini membuat harga jual beras domestik sulit bersaing dan cenderung terus naik.