Prompt bisa dimodifikasi agar hasil lebih personal, misalnya dengan instruksi tambahan seperti “merangkul lengan” atau “menggenggam tangan.”
BACA JUGA:Cuma Pakai Foto? Begini Cara Bikin Miniatur dan Figur Action dengan Gemini AI yang Viral
BACA JUGA:Pakar Beberkan: AI Resmi Masuk Fase Physical AI, Level Tertinggi Kecerdasan Buatan?
Salah satu contoh prompt yang sedang populer adalah:
“Create an image taken with a Polaroid camera. The photo should look like an ordinary picture, without any clear subject or props. The photo must have a blur effect. Add a flash effect from a dark room, spread across the entire photo. Do not alter the face. Replace the background behind the two people with a white curtain. The guy should be touching my head.”
Prompt ini dirancang agar hasil edit tampak natural dan realistis, dengan latar sederhana berupa tirai putih dan efek pencahayaan khas polaroid.
Instruksi “do not alter the face” memastikan wajah tetap mirip dengan foto asli, menjaga keaslian dan identitas visual.
Tips dan Variasi untuk Hasil Lebih Personal
BACA JUGA:ChatGPT Disebut-sebut Mulai Ditinggalkan, Sekarang Beralih ke AI ini, Lebih Efektif?
Jika hasil pertama belum sesuai harapan, pengguna bisa melakukan penyesuaian pada prompt.
Beberapa pengguna menyarankan untuk mencoba variasi latar belakang, posisi cahaya, atau detail kecil lainnya agar hasil lebih unik dan personal.
Kreativitas dalam menyusun prompt menjadi kunci utama untuk mendapatkan foto yang benar-benar sesuai dengan keinginan.
Etika dan Batasan Penggunaan
Meski tren ini menyenangkan dan menghibur, pakar mengingatkan agar pengguna tetap bijak dalam menggunakannya.
Foto hasil edit sebaiknya tidak digunakan untuk menyesatkan publik atau merugikan pihak lain, terutama jika melibatkan figur publik.
Tren ini idealnya dinikmati sebagai bentuk ekspresi kreatif dan hiburan semata.