BACAKORAN.CO - Keputusan mengejutkan datang dari dua perusahaan swasta, BP dan Vivo, yang memutuskan batal membeli BBM Pertamina.
Alasannya, bahan bakar minyak (base fuel) yang ditawarkan Pertamina diketahui mengandung etanol sebesar 3,5 persen berdasarkan hasil uji laboratorium.
Wakil Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, mengungkapkan, "Vivo membatalkan untuk melanjutkan setelah setuju (membeli) 40 ribu barel (base fuel), akhirnya tidak disepakati lagi."
Sementara itu BP-AKR juga mengambil langkah serupa dengan tidak melanjutkan pembelian BBM Pertamina.
BACA JUGA:Ratusan Siswa di Bojonegoro Keracunan Massal Usai Makan MBG, Siswa SD hingga SMA Jadi Korban
Padahal ambang batas etanol yang diizinkan oleh regulasi Kementerian ESDM masih di bawah 20 persen.
Keputusan ini membuat negosiasi bisnis kembali ke titik nol, meskipun di sisi lain Shell Indonesia masih membuka ruang koordinasi dengan Kementerian ESDM terkait rencana pembelian BBM Pertamina.
Apa Dampak Etanol pada Mesin Kendaraan?
Kandungan etanol pada BBM Pertamina menjadi alasan utama BP dan Vivo mundur dari kesepakatan.
Secara teknis penggunaan etanol dalam bahan bakar kendaraan bensin memiliki beberapa konsekuensi.
Mengurangi jarak tempuh kendaraan
Etanol memiliki energi lebih rendah dibanding bensin murni.
Molekul etanol lebih kecil sehingga potensi energi yang dihasilkan lebih sedikit.
Campuran E10 (10 persen etanol) dapat menurunkan nilai energi hingga 5 persen.
Risiko kerusakan mesin
Konsentrasi etanol lebih tinggi dari 15-20 persen bisa menyebabkan mesin rusak, kecuali dilakukan penyesuaian sistem pembakaran.