BACAKORAN.CO - Dunia ilmu pengetahuan kembali menorehkan sejarah besar.
Tahun 2025 menjadi momen bersejarah bagi ilmuwan Palestina Omar M Yaghi, yang berhasil meraih Hadiah Nobel Kimia 2025 berkat penelitiannya yang revolusioner dalam bidang ilmu material.
Bersama dua ilmuwan lain, Susumu Kitagawa dan Richard Robson, Yaghi dinilai telah merevolusi cara manusia memahami struktur molekul dan penggunaannya untuk menghadapi krisis global, seperti kekurangan air dan perubahan iklim.
Perjalanan hidup Omar M Yaghi bukan sekadar kisah ilmuwan jenius, tapi juga simbol keteguhan dari seseorang yang lahir di tengah keterbatasan.
BACA JUGA:Viral! Balita Jadi Korban Bakery yang Ngaku Gluten Free di Jakarta, Ternyata Repack Produk Toko Lain
BACA JUGA:Dugaan Sabotase Program MBG Menguat, MPSI Minta Aparat Bergerak Cepat Usut Pengelolaan!
Lahir di Amman, Yordania pada tahun 1965, Yaghi berasal dari keluarga pengungsi Palestina yang terusir akibat peristiwa Nakba 1948.
Masa kecilnya dijalani dalam kesederhanaan: tinggal di rumah tanpa listrik, berbagi ruang dengan sembilan saudara, dan harus berjalan kaki sejauh lima kilometer setiap hari menuju sekolah.
Namun, justru dari kehidupan yang keras itulah tumbuh kepeduliannya terhadap krisis air.
“Kami harus menghargai setiap tetes air. Dari situlah saya belajar betapa berharganya sumber daya alam,” kenang Yaghi dalam wawancara ilmiah beberapa tahun lalu.
BACA JUGA:Isi Lengkap Gencatan Senjata Tahap Pertama Israel–Hamas, Akhir Perang Gaza?
Pengalaman masa kecil itu kemudian menjadi inspirasi penemuannya yang monumental teknologi pemanen air dari udara, sebuah inovasi yang kini diakui dunia.
Kontribusi terbesar Yaghi dalam dunia kimia adalah pengembangan Metal-Organic Frameworks (MOFs) struktur molekuler tiga dimensi dengan pori-pori super kecil yang dapat menangkap, menyimpan, dan memisahkan gas atau zat kimia tertentu.
Teknologi ini menjadi solusi ilmiah untuk berbagai tantangan global, seperti: