BACAKORAN.CO - Jerawat merupakan salah satu masalah kulit yang paling umum dialami oleh berbagai kalangan.
Sayangnya, masih banyak mitos seputar jerawat yang beredar luas dan dipercaya masyarakat, mulai dari penggunaan pasta gigi sebagai obat hingga anggapan bahwa jerawat hanya menyerang remaja.
Padahal, menurut para ahli dermatologi, sebagian besar mitos tersebut tidak didukung oleh fakta medis dan justru dapat memperburuk kondisi kulit.
Dilansir Bacakoran.co dari Kompas.com, dr. Vidyani Adiningtyas, Sp.DVE, dermatolog dari Dermsquad CeraVe Indonesia, menegaskan pentingnya meluruskan kesalahpahaman seputar jerawat agar penanganannya lebih efektif.
“Jerawat itu bukan cuma masalah hormonal. Banyak faktor lain yang memengaruhi, dan sering kali masyarakat salah kaprah tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan,” ujar Vidyani.
Berikut tiga mitos jerawat yang masih banyak dipercaya dan penjelasan medis untuk meluruskannya.
1. Jerawat Hanya Dialami Remaja
BACA JUGA:5 Obat Jerawat Paling Ampuh untuk Kulit Sensitif di Apotek, Aman dan Gak Bikin Iritasi
“Bahkan dewasa muda sampai usia agak tua juga masih bisa berjerawat. Termasuk bayi, ada yang namanya infantile acne. Jadi artinya jerawat itu bisa dialami siapa saja, dan tidak terbatas oleh gender,” jelas Vidyani.
Salah satu mitos yang paling umum adalah bahwa jerawat hanya menyerang remaja karena perubahan hormon.
Faktanya, jerawat bisa muncul di semua kelompok usia, termasuk bayi dan orang dewasa.
Kondisi seperti jerawat dewasa (adult acne) semakin sering ditemukan, bahkan pada usia 30-an hingga 50-an.
Pandu Brodjonegoro, Marketing Director L’Oréal Dermatological Beauty, juga menyoroti kebiasaan masyarakat yang menganggap jerawat akan hilang dengan sendirinya.
"Kita tuh me-normalize banyak juga yang ngomong tentang, ah yaudah di-manage, jangan dipencet, nanti juga hilang. Jadi ada banyak old things seperti itu," kata Pandu.
"Jadi masih banyak beranggapan bahwa jerawat itu adalah fase yang akan hilang sendiri. Padahal itu sebenarnya tidak benar ya," tambahnya.