Di Papua Selatan, warga Boven Digoel turun ke jalan memprotes cara pemusnahan mahkota cenderawasih.
Mereka menyebut mahkota tersebut sebagai lambang kehormatan yang digunakan dalam upacara adat dan kegiatan sakral masyarakat Papua.
Bupati Boven Digoel, Roni Omba, mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terprovokasi untuk melakukan tindakan anarkis.
Majelis Rakyat Papua Selatan turut menyayangkan tindakan pembakaran tersebut.
Mereka menilai masih banyak cara lain yang lebih menghargai nilai budaya tanpa mengabaikan aspek hukum.
Cenderawasih sebagai Simbol Budaya yang Terancam
Burung cenderawasih merupakan satwa endemik Papua yang dilindungi oleh undang-undang.
Populasinya terus menurun akibat perburuan liar dan perdagangan ilegal, termasuk untuk keperluan ornamen adat.
BACA JUGA:Isu Hamish Daud dan Raisa Bercerai Menguat Setelah Postingan Foto Anniversary Dihapus, Ini Faktanya!
Pemerintah melarang penggunaan bulu asli burung ini dalam produk komersial sebagai bagian dari upaya konservasi.
Namun, bagi masyarakat adat Papua, bulu cenderawasih bukan sekadar hiasan.
Ia adalah simbol spiritual yang digunakan dalam berbagai ritual adat, seperti tarian perang, penyambutan tamu kehormatan, hingga upacara adat penting lainnya.
Seorang pakar budaya dari Universitas Cenderawasih menekankan pentingnya sinergi antara pelestarian satwa dan pelestarian budaya.
“Pemerintah perlu mengedukasi masyarakat tentang konservasi, tetapi juga menghormati simbol-simbol adat yang memiliki makna tinggi,” ujarnya.