BACA JUGA:Waspada Modus Baru Pembobolan Rekening Lewat QRIS, Banyak Korban Tidak Sadar Sampai Saldo Ludes!
Wali Kota Eri sendiri disebut tidak mengetahui insiden tersebut karena saat itu sedang berada di lapangan.
Ia tidak terlibat langsung dalam pengelolaan akun media sosialnya, dan baru mengetahui kejadian itu setelah video viral beredar.
Menghadapi badai kritik dan sorotan tajam dari publik, admin media sosial yang bersangkutan akhirnya muncul ke publik melalui akun pribadinya @heningdzikirillah.
Dalam sebuah video yang diunggah, ia menyampaikan permintaan maaf secara terbuka sambil menangis tersedu-sedu.
"Dengan penuh penyesalan, saya ingin menyampaikan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya kepada seluruh masyarakat... dan terutama kepada Bapak Wali Kota yang selama ini telah memberikan kepercayaan kepada saya,” ujar sang admin sambil terisak.
Ia juga menyatakan bahwa kesalahan tersebut sepenuhnya merupakan kelalaiannya pribadi, tidak mencerminkan sikap atau kebijakan Wali Kota Surabaya.
Dalam pernyataannya, ia menyatakan siap bertanggung jawab atas insiden tersebut dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari tugasnya sebagai pengelola media sosial.
Permintaan maaf tersebut mendapat beragam respons dari masyarakat.
BACA JUGA:Terciduk Kasus Narkoba, Onad Muncul Akui Menyesal dan Minta Maaf: Mohon Doanya!
BACA JUGA:Hasil Pemeriksaan Kesehatan Onad Terungkap: Positif Narkoba Meski Kondisi Fisik Sehat
Sebagian mengapresiasi keberanian sang admin untuk tampil dan mengakui kesalahan, namun banyak pula yang tetap menuntut evaluasi menyeluruh terhadap sistem komunikasi publik Pemkot Surabaya.
Insiden ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya etika komunikasi digital, terutama bagi pejabat publik dan tim di balik layar.
Di era keterbukaan informasi, kepercayaan publik adalah aset yang sangat berharga dan mudah goyah jika tidak dijaga dengan integritas.
Kini, publik menanti langkah konkret dari Pemkot Surabaya untuk memulihkan kepercayaan dan memastikan bahwa setiap konten yang ditampilkan benar-benar mencerminkan realitas di lapangan, bukan sekadar strategi pencitraan.