bacakoran.co

Belanja Cuma Klik, Utang Paylater Makin Menggunung! Bikin Rakyat Kecanduan?

Kemudahan berbelanja cukup klik di layar ponsel dan fenomena beli dulu bayar nanti membuat utang paylater masyarakat Indonesia menggunung, tembus Rp 30,47 T per Mei 2025.--ai generate/ist

BACAKORAN.CO - Di era serba instan, belanja cukup klik-klik di layar ponsel tanpa sadar membuat utang paylater menggunung.

Itu karena saat ini masyarakat kerap memanfaatkan layanan keuangan fasilitas paylater untuk pembayaran.

Paylater ini menjadi utang yang harus dilunasi kemudian hari, jika tidak akan terus bertambah akibat bunga pinjaman.

Bahkan, data terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membongkar fakta mengejutkan jika utang paylater masyarakat Indonesia per Mei 2025 tembus Rp30,47 triliun.

BACA JUGA:Harga Emas Antam 9 Juli 2025 Turun ke Rp1,8 Juta per Gram, Saatnya Borong?

BACA JUGA:Gak Perlu Jago! Main Game Ringan ala Anak SD, Bisa Dapat Saldo DANA Rp100 Ribu Setiap Hari? Ini Aplikasinya

Layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau dikenal sebagai paylater yang disediakan oleh bank dan multifinance kini menjadi candu digital yang merambah semua kalangan.

Paylater: Solusi atau Jebakan?

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae membeberkan jika kredit paylater dari perbankan sendiri menyumbang Rp 21,89 triliun dari total angka tersebut.

“Meskipun porsinya hanya 0,27% dari total kredit nasional, pertumbuhan tahunan paylater sangat agresif,” ungkap Dian dalam konferensi pers daring.

BACA JUGA:Review Fizzo Novel 2025, Selesaikan Misi Baca Novel 30 Menit Berhasil Cairkan Saldo DANA Rp235.000

BACA JUGA:Review Aplikasi Penghasil Uang 2025 CashPop, Beneran Ngasih Saldo DANA Gratis Sampai Rp100 Ribu Gais!

Fakta lainnya, pengguna paylater lewat perbankan telah menyentuh 24,79 juta rekening.

Paylater Multifinance Naik Gila-Gilaan

Di sisi lain, Kepala Eksekutif Pengawasan PVML OJK, Agusman, mencatat jika paylater dari sektor perusahaan pembiayaan atau multifinance juga tak kalah mengkhawatirkan.

Nilainya melonjak tajam menjadi Rp8,58 triliun, naik 54,26% dibandingkan tahun lalu.

Belanja Cuma Klik, Utang Paylater Makin Menggunung! Bikin Rakyat Kecanduan?

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co - di era serba instan, belanja cukup klik-klik di layar ponsel tanpa sadar membuat utang menggunung.

itu karena saat ini masyarakat kerap memanfaatkan layanan keuangan fasilitas paylater untuk pembayaran.

paylater ini menjadi utang yang harus dilunasi kemudian hari, jika tidak akan terus bertambah akibat bunga pinjaman.

bahkan, data terbaru membongkar fakta mengejutkan jika utang paylater masyarakat indonesia per mei 2025 tembus rp30,47 triliun.

layanan buy now pay later (bnpl) atau dikenal sebagai paylater yang disediakan oleh bank dan multifinance kini menjadi candu digital yang merambah semua kalangan.

paylater: solusi atau jebakan?

kepala eksekutif pengawas perbankan ojk dian ediana rae membeberkan jika kredit paylater dari perbankan sendiri menyumbang rp 21,89 triliun dari total angka tersebut.

“meskipun porsinya hanya 0,27% dari total kredit nasional, pertumbuhan tahunan paylater sangat agresif,” ungkap dian dalam konferensi pers daring.

fakta lainnya, pengguna paylater lewat perbankan telah menyentuh 24,79 juta rekening.

paylater multifinance naik gila-gilaan

di sisi lain, kepala eksekutif pengawasan pvml ojk, agusman, mencatat jika paylater dari sektor perusahaan pembiayaan atau multifinance juga tak kalah mengkhawatirkan.

nilainya melonjak tajam menjadi rp8,58 triliun, naik 54,26% dibandingkan tahun lalu.

“meski tumbuh pesat, tingkat pembiayaan bermasalah (npf) masih relatif terkendali di 3,74%,” jelas agusman.
pinjol tak kalah ngeri

tak hanya paylater, pinjaman online (pinjol) juga menyumbang angka fantastis.

per mei 2025, outstanding pembiayaan p2p lending alias pinjol tembus rp82,59 triliun, naik hampir 28% dari tahun sebelumnya.

tingkat wanprestasi 90 hari (twp90) berada di 3,19%--artinya masih ada risiko gagal bayar yang signifikan.

konsumsi gaya hidup atau bencana finansial?

kemudahan transaksi digital memang menyenangkan. tapi jika tidak dibarengi dengan literasi keuangan, bisa jadi malapetaka finansial.

fenomena “beli dulu bayar nanti” ternyata tidak hanya meringankan, tapi juga perlahan menjerumuskan masyarakat ke jurang utang konsumtif.

Tag
Share