bacakoran.co - upin & ipin universe, hasil kolaborasi antara streamline studios dan production, yang seharusnya menjadi hiburan justru memicu kontroversi di kalangan gamer malaysia dan indonesia.
tak sedikit yang menyerukan , memicu viralnya protes di media sosial, khususnya x, dengan tagar #boikotlescopaque dan #boikotstreamlinemedia.
lalu, apa yang menyebabkan produser kartun dan game tersebut diboikot?
berikut alasan le copaque diboikot menurut lansiran bacakoran.co dari cnbc indonesia.
kontroversi harga game yang dinilai terlalu mahal
isu pertama yang memicu kemarahan warganet adalah harga game yang dibanderol sekitar 177 ringgit malaysia, atau setara rp650.000.
banyak gamer merasa harga tersebut tidak sebanding dengan kualitas gameplay dan konten yang ditawarkan.
beberapa potongan video gameplay menunjukkan adanya bug dalam game, termasuk kesalahan sistem yang mengganggu pengalaman bermain.
komentar seperti “rp600 ribu tapi bug sebanyak ini?” bermunculan, menunjukkan ketidakpuasan pengguna.
aksi seruan boikot dari komunitas gamer
di platform x, akun seperti @seagamethetic menyampaikan langkah-langkah terorganisir agar pengguna tidak membeli game tersebut, termasuk menghapus dari wishlist, menyebarluaskan informasi lewat media sosial, dan melaporkan studio ke pihak berwenang.
tindakan ini menunjukkan betapa seriusnya respons publik terhadap produk yang dianggap tidak pantas diluncurkan.
isu internal: gaji karyawan dan transparansi studio
tak hanya soal harga dan kualitas, tuduhan pelanggaran etika perusahaan pun menyeruak.
laporan dari nmia gaming mengungkap bahwa streamline studios diduga terlambat membayar gaji karyawan selama berbulan-bulan.
bahkan mantan karyawan yang telah di-phk disebut belum menerima hak-haknya, termasuk kontribusi ke epf (employee provident fund)—skema pensiun wajib di malaysia.
kondisi ini memicu kemarahan publik karena dianggap mencerminkan buruknya manajemen perusahaan.
beberapa warganet menyuarakan bahwa perlakuan terhadap karyawan adalah alasan utama mendukung boikot.
konflik hak cipta: kreator konten terkena dampak
kontroversi makin melebar ketika dua kreator konten terkena pelanggaran hak cipta saat menayangkan gameplay upin & ipin universe di youtube.
salah satunya adalah windah basudara, seorang youtuber gaming populer di indonesia, yang justru dikenai copyright strike meskipun ia memainkan game legal miliknya sendiri.
yang makin memperburuk situasi, video windah justru digunakan oleh pihak les copaque sebagai materi promosi di kanal resmi mereka tanpa izin.
warganet pun menilai tindakan ini sebagai pelanggaran etika dan hak digital kreator.
klarifikasi les copaque: musik lisensi dan permintaan maaf
merespons kritik publik, les copaque mengeluarkan video klarifikasi berdurasi 12 menit berjudul "soal jawab: upin & ipin universe" di kanal youtube resminya.
mereka menyatakan bahwa copyright strike terjadi karena musik di dalam game berasal dari serial animasi yang memiliki lisensi ketat.
pihak studio menyebut sedang bekerja sama dengan publisher agar konten kreator dapat dimonetisasi tanpa terkena pelanggaran hak cipta.
untuk sementara, mereka menyarankan streamer menonaktifkan musik dalam game agar aman.
permintaan maaf pun dilontarkan kepada windah basudara dan komunitas gaming lainnya, sebagai upaya meredam ketegangan yang terjadi.
bug game dan janji patch pembaruan
mengenai banyaknya bug yang ditemukan oleh pemain, les copaque menyatakan bahwa game telah melalui beberapa uji coba sebelum dirilis, dan pembaruan berupa patch akan terus dilakukan untuk mengatasi kendala teknis.
namun, komentar seperti “gamers biasanya paham soal itu” justru dinilai meremehkan masalah yang ada, menimbulkan kesan bahwa studio belum siap menghadapi ekspektasi pasar.
bantahan soal isu gaji karyawan
dalam video klarifikasinya, les copaque membantah tuduhan tidak membayar gaji developer.
mereka menyebut bahwa seluruh hak karyawan telah ditunaikan sebelum game dirilis ke publik.
namun sayangnya, pernyataan tersebut belum sepenuhnya meredakan keresahan masyarakat.
seruan boikot yang meluas menjadi tanda bahwa penonton kini tidak hanya menilai kualitas teknis, tetapi juga nilai-nilai di balik produk tersebut.