Mural One Piece Dihapus, Warga Sragen Balas dengan Gambar Tikus Berdasi: Sindiran Tajam untuk Pejabat Korupsi
Penghapusan mural One Piece di Sragen dibalas warga dengan lukisan tikus berdasi./Kolase Bacakoran.co--Instagram @lambe_turah
Simbol “tikus berdasi” bukanlah gambar sembarangan.
Dalam idiom sosial-politik Indonesia, tikus berdasi merujuk pada pejabat korup, mereka yang menggerogoti uang rakyat secara diam-diam, namun tampil rapi dan berwibawa di depan publik.
“Kalian boleh hapus hiburan dan seni kami yang tidak berbahaya. Sebagai gantinya, kami akan pajang gambar yang merepresentasikan apa yang kami pikirkan tentang kekuasaan yang menindas, yaitu korup,” kata salah satu warga Sragen.
Aksi ini bukan sekadar vandalisme balasan, melainkan bentuk kritik sosial yang cerdas dan berani.
Seni Jalanan sebagai Parlemen Rakyat
Fenomena mural Sragen ini menegaskan bahwa seni jalanan telah berevolusi menjadi medium protes yang efektif.
Ketika suara rakyat sulit terdengar di ruang formal, tembok jalanan menjadi wadah aspirasi.
Kasus ini mengingatkan publik pada mural-mural kritis lain yang pernah dihapus, seperti “Tuhan, Aku Lapar” dan “Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit.”
Ironisnya, penghapusan mural justru memicu “Efek Streisand”, semakin dilarang, semakin viral dan pesannya semakin menyebar.
Banyak netizen juga mengaitkan aksi warga Sragen dengan semangat cerita One Piece itu sendiri, di mana sang tokoh utama, Monkey D. Luffy, dikenal sebagai pejuang melawan “Pemerintah Dunia.”
Unggahan akun Instagram @lambe_turah, Sabtu (9/8), yang menampilkan mural tikus berdasi langsung dibanjiri komentar dukungan.
"Pemerintah ga takut korupsi tapi takut gambar."