bacakoran.co

Hanung Bramantyo Kritik Kualitas dan Anggaran Produksi Animasi Merah Putih: Kenapa Buru-buru Tayang?

Hanung Bramantyo kritik film animasi Merah Putih: One For All soal kualitas buruk, anggaran Rp6,7 M/Kolase Bacakoran.co--Wikipedia dan Tangkapan layar Threads @hanungbramantyo

Animasi dinilai kaku dan tertinggal jauh dibandingkan film animasi lokal lain seperti Jumbo, yang sukses secara komersial.

Netizen pun ramai-ramai menyuarakan pendapat mereka di kolom komentar unggahan Threads Hanung.

"Kalaupun bener ini dpt dukungan pemerintah dan dirilis dalam rangka 80 tahun kemerdekaan, sebuah penghinaan sih, setidaknya buat gw pribadi ini cukup menghina kemampuan SDM animasi."

"Terlepas dari hasil akhir filmnya yang j*lek, bau2nya asal anggaran terpakai sih ini."

"Kenapa dipaksakan tayang jika waktu dan dana yang dibutuhkan tidak memadai?"

"Semoga anak@sekolah nggak dipaksa buat nonton film ini di bioskop, kayak jaman dulu bangettt..."

BACA JUGA:Resmi Dirilis! Ini Arti Logo HUT RI ke-80, Punya Makna Mendalam!

BACA JUGA:8 Ide Lomba 17 Agustus untuk Guru yang Anti-Mainstream dan Kocak, Dijamin Menghibur!

Film Merah Putih: One For All mengangkat tema patriotisme menjelang Hari Kemerdekaan RI ke-80. Ceritanya berpusat pada delapan anak dari berbagai latar budaya yang bersatu untuk menyelamatkan bendera pusaka yang hilang tiga hari sebelum upacara 17 Agustus.

Meski temanya mengandung nilai kebangsaan, proses produksinya yang hanya memakan waktu sekitar dua bulan membuat banyak pihak meragukan kualitasnya. 

Hanung pun mempertanyakan klaim produser Toto Soegriwo yang menyatakan bahwa film ini tidak didanai oleh pemerintah.

“Terus kenapa buru-buru tayang? Ironisnya kok bisa dapat tanggal tayang, di tengah 200 judul film Indonesia, ngantre tayang? Kopet!” tulis Hanung dalam unggahan Instagram Stories, sambil menandai Menteri dan Wakil Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon dan Giring Ganesha.

Refleksi Industri Film Nasional

Kritik Hanung Bramantyo membuka diskusi penting tentang transparansi, kualitas, dan etika dalam produksi film nasional. 

Di tengah semangat menyambut kemerdekaan, publik berharap karya yang ditampilkan benar-benar mencerminkan kualitas dan profesionalisme SDM Indonesia.

Film animasi memang memiliki tantangan tersendiri, baik dari segi teknis maupun pendanaan. 

Hanung Bramantyo Kritik Kualitas dan Anggaran Produksi Animasi Merah Putih: Kenapa Buru-buru Tayang?

Rida Satriani

Rida Satriani


bacakoran.co - : one for all yang dijadwalkan tayang pada 14 agustus 2025 menuai sorotan tajam dari publik dan pelaku industri film. 

salah satu paling vokal datang dari sutradara senior , yang mempertanyakan kualitas, anggaran, dan urgensi penayangan film tersebut di tengah antrean panjang ratusan judul film indonesia.

jadwal tayang yang dinilai janggal

hanung bramantyo menyampaikan keheranannya terhadap film merah putih: one for all yang berhasil mendapatkan slot tayang di bioskop, padahal antrean film nasional sudah mencapai lebih dari 200 judul. 

ia mempertanyakan alasan di balik keputusan tersebut, apalagi film ini terkesan dibuat terburu-buru.

“kenapa harus buru-buru tayang? ironisnya kok bisa dapat tanggal tayang di tengah 200 judul film indonesia ngantre tayang?” tulis hanung di akun threads-nya, senin (11/8/2025).

kritik terhadap anggaran produksi

film yang disutradarai oleh endiarto dan bintang takari ini disebut menelan biaya produksi hingga rp6,7 miliar, namun hasil animasinya dinilai jauh dari memuaskan. 

hanung menilai bahwa anggaran tersebut tidak cukup untuk menghasilkan film animasi berkualitas.

“budget rp6m hanya sampai tingkat previs. kalau itu yang ditayangkan, sudah pasti penonton akan resisten. ibarat membangun rumah, belum dipelur semen dan lantainya masih cor-coran kasar,” ungkap hanung.

ia juga membandingkan dengan standar industri animasi global, di mana film animasi yang layak tayang biasanya membutuhkan dana rp30–rp40 miliar dan waktu pengerjaan 4–5 tahun.

kualitas animasi yang disorot publik

setelah trailer film dirilis di akun youtube perfiki tv, publik langsung menyampaikan kekecewaan terhadap kualitas visualnya. 

animasi dinilai kaku dan tertinggal jauh dibandingkan film animasi lokal lain seperti jumbo, yang sukses secara komersial.

netizen pun ramai-ramai menyuarakan pendapat mereka di kolom komentar unggahan threads hanung.

"kalaupun bener ini dpt dukungan pemerintah dan dirilis dalam rangka 80 tahun kemerdekaan, sebuah penghinaan sih, setidaknya buat gw pribadi ini cukup menghina kemampuan sdm animasi."

"terlepas dari hasil akhir filmnya yang j*lek, bau2nya asal anggaran terpakai sih ini."

"kenapa dipaksakan tayang jika waktu dan dana yang dibutuhkan tidak memadai?"

"semoga anak@sekolah nggak dipaksa buat nonton film ini di bioskop, kayak jaman dulu bangettt..."

film merah putih: one for all mengangkat tema patriotisme menjelang hari kemerdekaan ri ke-80. ceritanya berpusat pada delapan anak dari berbagai latar budaya yang bersatu untuk menyelamatkan bendera pusaka yang hilang tiga hari sebelum upacara 17 agustus.

meski temanya mengandung nilai kebangsaan, proses produksinya yang hanya memakan waktu sekitar dua bulan membuat banyak pihak meragukan kualitasnya. 

hanung pun mempertanyakan klaim produser toto soegriwo yang menyatakan bahwa film ini tidak didanai oleh pemerintah.

“terus kenapa buru-buru tayang? ironisnya kok bisa dapat tanggal tayang, di tengah 200 judul film indonesia, ngantre tayang? kopet!” tulis hanung dalam unggahan instagram stories, sambil menandai menteri dan wakil menteri kebudayaan ri, fadli zon dan giring ganesha.

refleksi industri film nasional

kritik hanung bramantyo membuka diskusi penting tentang transparansi, kualitas, dan etika dalam produksi film nasional. 

di tengah semangat menyambut kemerdekaan, publik berharap karya yang ditampilkan benar-benar mencerminkan kualitas dan profesionalisme sdm indonesia.

film animasi memang memiliki tantangan tersendiri, baik dari segi teknis maupun pendanaan. 

namun, jika dipaksakan tayang tanpa persiapan matang, bukan hanya merugikan penonton, tetapi juga mencoreng reputasi industri kreatif lokal.

Tag
Share