bacakoran.co

Harga Beras Premium Naik Terus! Konsumen di Pasar Palmerah Beralih ke Beras Medium

Harga beras premium di Pasar Palmerah terus naik, memicu peralihan konsumen ke beras medium-Ig-madiuntoday.id-

Bagi konsumen, beradaptasi dengan kondisi pasar adalah langkah cerdas.

Namun, transparansi kualitas dan distribusi beras medium juga harus dijaga agar tidak terjadi praktik oplosan yang merugikan.

Dengan begitu, masyarakat tetap bisa menikmati beras berkualitas tanpa harus menguras kantong.

Harga Beras Premium Naik Terus! Konsumen di Pasar Palmerah Beralih ke Beras Medium

Puput

Puput


bacakoran.co - di tengah gejolak harga pangan, harga  premium di pasar palmerah jakarta masih bertahan tinggi.

kondisi ini mendorong banyak konsumen untuk beralih ke  sebagai alternatif yang lebih terjangkau.

fenomena ini bukan hanya mencerminkan perubahan pola konsumsi, tetapi juga mengungkap tantangan dalam distribusi dan pengendalian 

melansir dari video youtube liputan6, fenomena ini terlihat jelas di pasar palmerah, di mana pedagang seperti arman mengaku penjualan beras premium menurun drastis dalam beberapa pekan terakhir.

“dulu orang cari beras premium, sekarang banyak yang tanya beras medium.

harga premium sudah terlalu tinggi,” ujar arman, 

harga premium tetap tinggi, konsumen terdesak

berdasarkan pantauan di pasar palmerah, harga beras premium masih berada di kisaran rp16.000 hingga rp17.000 per kilogram, jauh di atas harga eceran tertinggi (het) yang ditetapkan pemerintah sebesar rp14.900.

sementara itu, beras medium yang sebelumnya dijual sekitar rp12.500 kini ikut naik menjadi rp14.000–rp14.500 per kilogram.

kenaikan harga ini membuat konsumen dari berbagai lapisan masyarakat mulai mempertimbangkan ulang pilihan mereka.

“biasanya saya beli beras premium karena lebih pulen, tapi sekarang harganya makin mahal.

terpaksa beli yang medium,” ujar salah satu pembeli di pasar palmerah.

peralihan konsumen: efek domino di pasar tradisional

peralihan konsumen dari beras premium ke medium menciptakan tekanan baru di pasar tradisional.

permintaan terhadap beras medium meningkat tajam, menyebabkan stok cepat menipis dan harga ikut terdongkrak.

pedagang mengaku kesulitan menjaga stabilitas pasokan karena lonjakan permintaan yang tidak biasa.

fenomena ini juga diperkuat oleh kelangkaan beras premium di ritel modern, menyusul kasus beras oplosan yang sempat mencuat.

banyak konsumen kini lebih percaya membeli di pasar tradisional karena dinilai lebih transparan dan langsung dari sumber.

faktor penyebab: distribusi dan biaya produksi

menurut analisis dari center of economic and law studies (celios), kelangkaan beras premium disebabkan oleh lemahnya pengawasan distribusi beras program sphp (stabilisasi pasokan dan harga pangan).

banyak pedagang yang mencampur beras sphp dengan beras medium, sehingga kualitas dan harga menjadi tidak konsisten.

selain itu, biaya produksi beras di indonesia masih tergolong tinggi, yakni rp4.600–rp5.000 per kilogram, jauh lebih mahal dibanding negara tetangga seperti thailand dan vietnam.

hal ini membuat harga jual beras domestik sulit bersaing dan cenderung terus naik.

solusi dan harapan

pemerintah tengah mempertimbangkan penghapusan klasifikasi beras premium dan medium menjadi satu jenis beras reguler.

langkah ini diharapkan dapat menyederhanakan distribusi dan menutup celah kecurangan di pasar.

namun, kebijakan ini masih dalam tahap pembahasan dan belum diterapkan secara resmi.

sementara itu, konsumen berharap ada langkah konkret dari pemerintah untuk menstabilkan harga dan memperbaiki tata kelola distribusi beras.

transparansi, efisiensi produksi, dan pengawasan ketat menjadi kunci agar masyarakat tetap bisa mengakses beras berkualitas dengan harga yang wajar.

kenaikan harga beras premium yang tak kunjung reda telah mengubah pola konsumsi masyarakat.

beras medium kini menjadi primadona baru di pasar tradisional seperti pasar palmerah.

pemerintah perlu memperhatikan tren ini sebagai sinyal bahwa stabilisasi harga pangan adalah kebutuhan mendesak.

bagi konsumen, beradaptasi dengan kondisi pasar adalah langkah cerdas.

namun, transparansi kualitas dan distribusi beras medium juga harus dijaga agar tidak terjadi praktik oplosan yang merugikan.

dengan begitu, masyarakat tetap bisa menikmati beras berkualitas tanpa harus menguras kantong.

Tag
Share