Undang Akademis yang Pro Israel, UI Ucapkan Permohonan Maaf: Kurang Hati-hati
Universitas Indonesia (UI) Akui Kurang Hati-hati sampai Mengundang Akademisi Pro Israel --WestJavaToday.com
Peter pernah menjabat sebagai Direktur Perencanaan Kebijakan di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada periode 2019–2021.
Saat ini, Berkowitz menjabat sebagai Tad and Dianne Taube Senior Fellow di Hoover Institution, Universitas Stanford, sekaligus direktur studi untuk The Public Interest Fellowship.
BACA JUGA:KPK Ungkap Dugaan Korupsi Sertifikasi K3 yang Melibatkan Mantan Wamenaker Noel, Apa Perannya?
Berkowitz pernah menjadi Direktur Perencanaan Kebijakan Trump dan mendukung genosida di Palestina.
Tidak heran jika kontroversi pembicara Peter Berkowitz di orientasi UI 2025 langsung menyulut reaksi keras masyarakat.
Postingan terbaru di X dari @kastratofe mengungkap keputusan UI untuk mengundang Berkowitz, terkait dengan kontroversi pembicara Peter Berkowitz di orientasi UI 2025.
"Universitas Indonesia mengundang Peter Berkowitz;seorang Zionis dan pembela Genosida Israel, sebagai pembicara pada Orientasi Program Pascasarjana UI 2025.Berkowitz telah menulis banyak artikel yang mendukung genosida di Palestina dan juga pernah menjabat sebagai Direktur Perencanaan Kebijakan Trump," tulis @kastratofe.
BACA JUGA:Wacana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan 2026, MUI Soroti Risiko Penurunan Kualitas Layanan
Pidato Berkowitz sempat menyinggung mahasiswa serta dosen UI yang selama ini mendukung perjuangan Palestina. Dalam orasinya, ia menyatakan:
"Konstitusi Indonesia melindungi hak-hak dasar mulai dari kebebasan beragama kebebasan berbicara, berserikat, pers, dan berkumpul," ujar Peter Berkowitz di orientasi UI 2025.
Namun dalam orasinya banyak yang mengnggap semua ini tidak benar karena negara telah gagal melindungi hak-hak dasar rakyatnya.
Beberapa komentar keras di media sosial berbunyi:
"@univ_indonesia Kamu menjijikkan karena membiarkan ini. Sementara orang-orang kelaparan dan dibunuh, disiarkan langsung ke ponsel kita, kamu bertindak seolah-olah hak asasi manusia tidak berarti apa-apa," tulis @dvsirenco.