bacakoran.co – usai menggempur rumah sakit (rs) nasser di , gaza yang tewaskan 20 orang termasuk lima jurnalis internasional, israel belakangan mengaku menyesal.
selain jurnalis, serangan brutal ke rs di gaza itu juga menewaskan warga sipil dan tenaga medis.
publik pun dibikin geram, pernyataan perdana menteri israel benjamin netanyahu yang hanya melontarkan kata “penyesalan” lewat media sosial usai tragedi tersebut.
padahal darah para korban masih hangat membasahi reruntuhan.
serangan dua gelombang, jurnalis jadi sasaran
saksi mata menuturkan, serangan israel tidak hanya sekali, tapi dua kali dalam waktu singkat.
serangan pertama menghantam atap rumah sakit, membunuh belasan orang.
saat korban berusaha dievakuasi oleh tim medis, drone israel kembali menghujani lokasi, menambah jumlah korban.
di antara korban jiwa adalah nama-nama jurnalis internasional yakni mohammed salama (fotografer al jazeera), hossam al masri (reuters), moaz abu taha (nbc), mariam abu daqa (freelance associated press), dan hatem khaled (reuters) yang dilaporkan mengalami luka serius.
tragisnya, laporan langsung reuters yang sedang disiarkan oleh hossam al masri terhenti mendadak ketika drone israel menghantam rumah sakit.
netanyahu cuma ngaku “menyesal”
“israel sangat menyesalkan kecelakaan tragis yang terjadi di rs nasser. kami menghargai kerja keras jurnalis, staf medis, dan warga sipil,” tulis netanyahu di x.
ia berdalih serangan tersebut akan “diselidiki” dan kembali menegaskan jika “perang israel hanya melawan hamas, bukan rakyat gaza.”
kecaman dunia internasional
ironisnya, pernyataan “penyesalan” israel muncul setelah laporan menyebut presiden as donald trump ikut berang terhadap serangan itu.
padahal, ini bukan kali pertama israel menyerang jurnalis.
awal agustus, tenda wartawan al jazeera di depan rs al shifa juga dibombardir dengan alasan salah satu reporter dianggap anggota hamas.
sejak agresi ke gaza dimulai oktober 2023, lebih dari 60 ribu warga palestina tewas, termasuk 244 jurnalis.
angka itu menjadikan serangan israel ke gaza sebagai salah satu tragedi paling mematikan terhadap dunia pers dalam sejarah modern.