bacakoran.co - program makan bergizi gratis () kembali ramai dibicarakan publik.
setelah di berbagai daerah, kini muncul tren unik di salah satu sma di majalaya, bandung.
para siswi sma tersebut tidak ingin menu mbg terbuang sia-sia.
mereka justru memilih mendaur ulang makanan sederhana menjadi camilan pedas yang viral di media sosial.
awalnya, menu mbg yang dibagikan adalah tahu polos.
namun, karena dianggap monoton, para siswi pun berinisiatif mengumpulkan tahu dari kotak makan masing-masing.
aksi kreatif ini direkam dan diunggah ke tiktok oleh akun @seventhory.
dalam video itu terlihat tahu-tahu mbg dikumpulkan untuk kemudian diolah kembali menjadi tahu pedas goreng.
"dari pada mubazir," tulisnya di tiktok @seventhory.
fenomena ini menjadi sorotan karena memperlihatkan bagaimana siswa menanggapi program mbg dengan cara mereka sendiri.
tahu mbg diolah jadi tahu pedas goreng
keesokan harinya, para siswi membawa kumpulan tahu mbg yang sudah dikoleksi.
mereka mengolahnya dengan menambahkan bahan-bahan seperti tauge dan cabai, lalu mencelupkannya ke dalam adonan tepung cair.
setelah itu, tahu pedas hasil olahan tersebut digoreng hingga matang.
uniknya, proses penggorengan tahu mbg itu dilakukan di dalam kelas. video aksi tersebut telah ditonton lebih dari 4 juta kali di tiktok.
kolom komentar pun dipenuhi reaksi warganet. ada yang menilai gen z terlalu kreatif, ada pula yang menyindir.
"genz dikasih makanan hambar malah di daur ulang anj," tulis nayzxx di tiktok. , "mbg=mengolah bahan gratis," komentar arkanalayungaskara.
"ahli gizi: gen z a," tulis fatshaoxa.
bahkan, ada yang mengingatkan, "kemarin ada pisangnya dijadiin bolu, udah bener dikasih buah asli malah ditambah gula dan teman-temannya," kata zull.
komentar paling menohok datang dari akun anak ayah, "lawannya ahli gizi adalah gen z."
kreativitas atau justru kritik program mbg?
fenomena mendaur ulang tahu mbg menjadi tahu pedas menunjukkan dua sisi.
di satu sisi, siswi sma tersebut dianggap kreatif karena mampu mengolah makanan sederhana jadi camilan yang lebih menarik.
namun, di sisi lain fenomena ini memperlihatkan masalah dalam program mbg, yaitu menu yang tidak variatif dan sering dianggap hambar oleh para siswa.
banyak warganet menilai tren ini adalah bentuk kritik halus terhadap penyajian makanan mbg yang kerap monoton.
meski begitu, kreativitas siswi sma majalaya mendaur ulang tahu mbg tetap mendapat apresiasi karena mengurangi potensi makanan terbuang percuma.
600 siswa keracunan, dapur penyedia mbg di garut ditutup sementara, penyebab masih diselidiki
sebelumnya, sebanyak 657 pelajar dari berbagai jenjang pendidikan di kabupaten garut, jawa barat, dilaporkan mengalami gejala keracunan makanan setelah menyantap menu dari program makan bergizi gratis ().
insiden ini memicu penutupan sementara penyedia makanan mbg yang berlokasi di kecamatan kadungora.
"ya, di-pending itu kan berarti ditutup sementara," ujar bupati garut, abdusy syakur amin, kepada wartawan di garut, senin (22/9/2025), dilansir bacakoran.co dari antara.
program mbg merupakan inisiatif pemerintah pusat yang dikelola oleh badan gizi nasional ().
menurut bupati syakur, seluruh proses mulai dari pendirian dapur, pengawasan, hingga distribusi makanan berada di bawah kendali bgn.
pemerintah daerah hanya berperan sebagai penerima manfaat.
"semua mulai dari izin pendirian, kemudian juga pengawasan, itu sampai saat ini masih dikontrol oleh bgn," jelasnya.
dapur mbg kadungora ditutup
dapur mbg atau satuan pelayanan pemenuhan gizi (sppg) di kecamatan kadungora menjadi sorotan karena makanan yang dikonsumsi siswa berasal dari fasilitas tersebut.
untuk sementara, operasional dapur dihentikan sambil menunggu hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan yang telah diambil oleh dinas kesehatan (dinkes) garut.
"saya juga tidak bisa ngeduga-duga," kata bupati syakur, menanggapi pertanyaan soal kemungkinan penyebab keracunan.
pemkab garut telah melakukan penanganan medis terhadap seluruh siswa yang mengalami gejala seperti pusing, mual, dan muntah-muntah.
dinkes garut juga telah mengambil sampel makanan untuk diuji lebih lanjut di laboratorium guna memastikan sumber kontaminasi.
kronologi kejadian
insiden keracunan massal ini pertama kali terdeteksi pada selasa (16/9), ketika sejumlah siswa dari ma maarif cilageni, sma siti aisyah, smp siti aisyah, dan sdn 2 mandalasari di kecamatan kadungora mulai mengeluhkan gejala sakit setelah menyantap makanan mbg yang disediakan di sekolah masing-masing.
gejala yang dialami siswa meliputi pusing, mual, dan muntah. kondisi mereka semakin memburuk pada rabu (18/9), sehingga dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
seiring waktu, jumlah siswa yang melaporkan gejala serupa terus bertambah dan mereka mulai berdatangan ke puskesmas setempat.
dari total 657 siswa yang terdampak, sebanyak 19 orang sempat dirawat secara intensif dan kini telah dinyatakan pulih.
evaluasi program mbg dan komitmen pemerintah daerah
bupati garut menegaskan bahwa insiden ini akan menjadi perhatian khusus bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan program mbg ke depan.
ia menyatakan komitmen untuk menjalin komunikasi lebih intensif dengan pihak terkait, termasuk bgn, agar program pemenuhan gizi ini dapat berjalan dengan aman dan sehat.
"yang pasti kami ingin menjamin, inilah kebutuhan pemerintah, pak presiden, harus berjalan dengan aman, lancar, penting, dan juga selamat dan sehat," tegasnya.
program mbg sendiri merupakan bagian dari upaya pemerintah pusat untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah di berbagai daerah.
namun, insiden di garut ini menjadi alarm penting bagi pelaksanaan program serupa di wilayah lain agar lebih memperhatikan aspek keamanan pangan dan pengawasan dapur penyedia.
penanganan lanjutan dan harapan masyarakat
masyarakat garut kini menanti hasil uji laboratorium yang akan menentukan penyebab pasti dari keracunan massal tersebut.
sementara itu, pemkab garut terus memantau kondisi para siswa dan memastikan tidak ada kasus baru yang muncul.
dengan insiden ini, harapan besar tertuju pada perbaikan sistem pengawasan dan distribusi makanan bergizi di sekolah, agar program mbg benar-benar menjadi solusi peningkatan gizi anak bangsa, bukan menjadi sumber masalah kesehatan.