bacakoran.co

Kasus Keracunan Massal MBG di Bandung Barat: 1.333 Siswa Tumbang, Apa Penyebabnya?

Para korban dirawat di Posko Kecamatan Cipongkor dan sebagian besar dirujuk ke RSUD Cililin.--ANTARA News

“Kasus yang baru dari kemarin Rabu ada 730 orang,” ujar Yuyun, dikutip Bacakoran.co dari Disway, Kamis (25/9). 

Di posko tersebut, lima siswa masih menjalani perawatan intensif dengan gejala yang cukup mengkhawatirkan.

BACA JUGA:Puluhan Siswa Keracunan Makan Gratis di Cibinong, Sekolah Diliburkan, Kepsek Minta Program MBG Dievaluasi!

BACA JUGA:Kabid Haji Kanwil Kemenag Otomatis Menjadi Kakawil Kemeterian Haji dan Umrah

Gelombang kedua keracunan muncul pada Rabu, 24 September 2025, dengan sumber dapur yang berbeda.

Kali ini, kluster korban berasal dari dua wilayah: Cipongkor dan Cihampelas. Di Cihampelas, jumlah korban mencapai 192 siswa, terdiri dari 176 siswa SMKN 1 Cihampelas, tujuh siswa MA Al Mukhtariyah Mande, delapan siswa MTs Al Mukhtariyah Mande, dan satu siswa SDN 1 Cihampelas.

Kapolsek Cililin, AKP Andriani, melaporkan bahwa hingga Kamis siang, sebanyak 113 korban telah dinyatakan sembuh, empat masih dirawat di posko SMKN 1 Cihampelas, dan 75 siswa lainnya dirujuk ke rumah sakit serta klinik di sekitar Bandung Barat.

Di Posko Puskesmas Cihampelas, tercatat 52 pasien, dengan 47 di antaranya telah sembuh dan lima lainnya dirujuk ke fasilitas kesehatan, termasuk dua ke RSUD Cililin.

BACA JUGA:Tak Temukan Kerugian Negara dan Tak Ada Niat Jahat, Penyidikan Kasus Dana Hibah PMI Prabumulih Dihentikan

BACA JUGA:Korupsi Chromebook Rp1,9 T: Nadiem Jadi Tersangka, Giliran Abdullah Azwar Anas Dibidik Kejagung?

Sementara itu, Posko GOR Desa Mekarmukti menangani 140 siswa, dengan rincian 63 telah sembuh, empat masih dalam observasi, dan 75 lainnya dirujuk ke berbagai fasilitas kesehatan seperti RSUD Cililin, RS Dustira, RS Kharisma Cimareme, dan Klinik Harapan Kita.

Data medis menunjukkan bahwa gejala yang dialami para korban sangat beragam, mulai dari mual (99 siswa), muntah (20 siswa), pusing (110 siswa), sakit perut (24 siswa), sesak napas (18 siswa), lemas (19 siswa), sakit tenggorokan (13 siswa), diare (4 siswa), demam (3 siswa), hingga sakit kepala (2 siswa).

Variasi gejala ini memperkuat dugaan bahwa keracunan berasal dari kontaminasi makanan yang serius dan meluas.

Kasus ini memicu sorotan tajam dari masyarakat terhadap standar higienitas dapur MBG dan rantai distribusi makanan yang digunakan dalam program.

BACA JUGA:Dangdutan di Acara Maulid Nabi Wonosobo Tuai Kecaman, Begini Penjelasan Pengunggah

Kasus Keracunan Massal MBG di Bandung Barat: 1.333 Siswa Tumbang, Apa Penyebabnya?

Ayu

Ayu


bacakoran.co - kasus keracunan massal yang diduga berasal dari program makan bergizi gratis (mbg) di kabupaten bandung barat (kbb) kini menjadi perhatian serius publik dan otoritas kesehatan.

sejak pertama kali mencuat pada senin, 22 september 2025, jumlah korban terus bertambah secara signifikan, menandakan adanya masalah sistemik dalam pelaksanaan program yang seharusnya menyehatkan siswa.

hingga kamis, 25 september 2025, tercatat sebanyak 1.333 siswa dari berbagai jenjang pendidikan telah menjadi korban.

mereka berasal dari tingkat paud, sd, smp, hingga sma, menunjukkan bahwa dampak keracunan ini tidak terbatas pada satu kelompok usia atau satu institusi pendidikan saja.

gelombang pertama keracunan terdeteksi pada 22 september, ketika belasan siswa dari smk pembangunan mengalami gejala seperti mual, pusing, dan sesak napas setelah mengonsumsi makanan dari program mbg.

namun, insiden ini ternyata hanya permulaan dari krisis yang lebih besar.

dalam waktu kurang dari 24 jam, laporan korban mulai berdatangan dari berbagai sekolah di wilayah cipongkor.

dapur satuan pelayanan pemenuhan gizi (sppg) cipari makmur jaya menjadi sorotan utama, karena hingga selasa, 23 september, sebanyak 411 siswa tercatat mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari dapur tersebut.

para korban dirawat di posko kecamatan cipongkor dan sebagian besar dirujuk ke rsud cililin.

kepala puskesmas cipongkor, yuyun sarihotimah, menyampaikan bahwa meskipun tren pasien baru mulai menurun, jumlah total kasus tetap meningkat.

“kasus yang baru dari kemarin rabu ada 730 orang,” ujar yuyun, dikutip bacakoran.co dari disway, kamis (25/9). 

di posko tersebut, lima siswa masih menjalani perawatan intensif dengan gejala yang cukup mengkhawatirkan.

gelombang kedua keracunan muncul pada rabu, 24 september 2025, dengan sumber dapur yang berbeda.

kali ini, kluster korban berasal dari dua wilayah: cipongkor dan cihampelas. di cihampelas, jumlah korban mencapai 192 siswa, terdiri dari 176 siswa smkn 1 cihampelas, tujuh siswa ma al mukhtariyah mande, delapan siswa mts al mukhtariyah mande, dan satu siswa sdn 1 cihampelas.

kapolsek cililin, akp andriani, melaporkan bahwa hingga kamis siang, sebanyak 113 korban telah dinyatakan sembuh, empat masih dirawat di posko smkn 1 cihampelas, dan 75 siswa lainnya dirujuk ke rumah sakit serta klinik di sekitar bandung barat.

di posko puskesmas cihampelas, tercatat 52 pasien, dengan 47 di antaranya telah sembuh dan lima lainnya dirujuk ke fasilitas kesehatan, termasuk dua ke rsud cililin.

sementara itu, posko gor desa mekarmukti menangani 140 siswa, dengan rincian 63 telah sembuh, empat masih dalam observasi, dan 75 lainnya dirujuk ke berbagai fasilitas kesehatan seperti rsud cililin, rs dustira, rs kharisma cimareme, dan klinik harapan kita.

data medis menunjukkan bahwa gejala yang dialami para korban sangat beragam, mulai dari mual (99 siswa), muntah (20 siswa), pusing (110 siswa), sakit perut (24 siswa), sesak napas (18 siswa), lemas (19 siswa), sakit tenggorokan (13 siswa), diare (4 siswa), demam (3 siswa), hingga sakit kepala (2 siswa).

variasi gejala ini memperkuat dugaan bahwa keracunan berasal dari kontaminasi makanan yang serius dan meluas.

kasus ini memicu sorotan tajam dari masyarakat terhadap standar higienitas dapur mbg dan rantai distribusi makanan yang digunakan dalam program.

banyak pihak mulai mempertanyakan bagaimana pengawasan dilakukan, siapa yang bertanggung jawab atas kualitas makanan, dan apakah ada kelalaian dalam proses penyediaan serta distribusi makanan kepada siswa.

di tengah kekhawatiran publik, muncul desakan agar pemerintah daerah dan instansi terkait segera melakukan investigasi menyeluruh, meninjau ulang sistem dapur mbg, serta memberikan jaminan keamanan pangan bagi seluruh peserta didik.

program yang semula bertujuan mulia untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah kini berubah menjadi ancaman kesehatan massal yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Tag
Share