bacakoran.co

Mengapa Manusia Lari dari Keluarganya di Hari Kiamat? Begini Penjelasannya Menurut Islam

Hari kiamat digambarkan sebagai momen dahsyat di mana manusia lari dari keluarganya. --Freepik AI

Hasil pengadilan ini akan menentukan nasib abadi: surga penuh kenikmatan atau neraka penuh siksaan.

Fenomena manusia lari dari keluarganya di hari kiamat mengandung hikmah mendalam.

Ia mengingatkan bahwa hubungan duniawi tidak akan menyelamatkan kita di akhirat.

Hanya amal saleh yang menjadi penolong sejati.

Mengapa Manusia Lari dari Keluarganya di Hari Kiamat? Begini Penjelasannya Menurut Islam

Rida Satriani

Rida Satriani


bacakoran.co - hari merupakan peristiwa paling dahsyat dalam sejarah alam semesta.

dalam ajaran islam, kiamat digambarkan sebagai kehancuran total seluruh ciptaan, di mana langit terbelah, bumi diguncang hebat, dan seluruh makhluk hidup menghadapi pengadilan akhir.

di tengah kekacauan dan kepanikan luar biasa itu, menggambarkan fenomena mengejutkan: manusia akan lari dari keluarganya sendiri.

fenomena ini bukan sekadar simbolik, melainkan gambaran nyata tentang betapa beratnya hari tersebut.

ikatan darah yang selama ini menjadi sumber kasih sayang dan perlindungan—antara orang tua dan anak, suami dan istri, atau saudara kandung—akan sirna seketika.

setiap individu akan sibuk dengan urusannya sendiri, berjuang menyelamatkan diri dari allah swt.

dalil al-qur’an: manusia lari dari keluarganya

fenomena ini dijelaskan secara gamblang dalam surah ‘abasa ayat 34–37:

“pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.”

mengutip buku al-qur'an dan as-sunnah bicara wanita karya as-sayyid muhammad shiddiq khan (2022), dijelaskan bahwa manusia akan lari dari keluarganya bukan karena benci, tetapi karena masing-masing disibukkan oleh urusan besar, yakni mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di hadapan allah swt.

ketakutan dan kesibukan yang melumpuhkan ikatan duniawi

hari kiamat bukan hanya tentang kehancuran fisik, tetapi juga tentang kehancuran ikatan emosional dan sosial.

dalam buku kiamat karya mahir ahmad ash-syufiy (2007), disebutkan bahwa teriakan keras yang membinasakan akan datang secara tiba-tiba.

manusia akan panik, berlarian tanpa arah, bahkan mati dalam ketakutan sebelum sempat kembali kepada keluarganya.

bumi akan mengeluarkan isi perutnya berupa gas dan api, gunung-gunung beterbangan, dan benda-benda langit berjatuhan.

dalam suasana seperti ini, seorang ibu bisa melupakan anak yang sedang disusuinya, dan wanita hamil bisa mengalami keguguran karena ketakutan.

manusia akan tampak seperti orang mabuk, bukan karena minuman, tetapi karena kedahsyatan azab yang tak terbayangkan.

fokus pada diri sendiri

pada hari itu, tidak ada yang bisa menolong selain amal perbuatan masing-masing.

tidak ada ruang untuk memikirkan orang lain, bahkan keluarga terdekat sekalipun.

setiap jiwa akan berdiri sendiri di hadapan allah swt, menanti keputusan akhir: surga atau neraka.

inilah alasan utama mengapa manusia lari dari keluarganya di hari kiamat.

bukan karena hilangnya cinta, tetapi karena rasa takut dan kesibukan luar biasa dalam menghadapi hisab.

iman kepada hari akhir

memahami hari kiamat tidak cukup hanya dengan mengetahui bahwa dunia akan hancur.

dalam buku fitnah & petaka akhir zaman karya abu fatiah al-adnani (2007), dijelaskan bahwa iman kepada hari akhir mencakup tiga aspek penting:

  1. iman kepada tanda-tanda kiamat, seperti munculnya dajjal, turunnya nabi isa, dan terbitnya matahari dari barat.
  2. iman kepada peristiwa kiamat itu sendiri, yaitu kehancuran total alam semesta.
  3. iman kepada kehidupan setelah kiamat, termasuk yaumul-ba’ats (hari kebangkitan), yaumul-mahsyar (hari dikumpulkan), yaumul-mizan (hari penimbangan amal), dan kehidupan kekal di akhirat.

setelah dibangkitkan, manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar, lalu diadili.

hasil pengadilan ini akan menentukan nasib abadi: surga penuh kenikmatan atau neraka penuh siksaan.

fenomena manusia lari dari keluarganya di hari kiamat mengandung hikmah mendalam.

ia mengingatkan bahwa hubungan duniawi tidak akan menyelamatkan kita di akhirat.

hanya amal saleh yang menjadi penolong sejati.

Tag
Share