Mengapa Manusia Lari dari Keluarganya di Hari Kiamat? Begini Penjelasannya Menurut Islam
Hari kiamat digambarkan sebagai momen dahsyat di mana manusia lari dari keluarganya. --Freepik AI
BACAKORAN.CO - Hari kiamat merupakan peristiwa paling dahsyat dalam sejarah alam semesta.
Dalam ajaran Islam, kiamat digambarkan sebagai kehancuran total seluruh ciptaan, di mana langit terbelah, bumi diguncang hebat, dan seluruh makhluk hidup menghadapi pengadilan akhir.
Di tengah kekacauan dan kepanikan luar biasa itu, Al-Qur’an menggambarkan fenomena mengejutkan: manusia akan lari dari keluarganya sendiri.
Fenomena ini bukan sekadar simbolik, melainkan gambaran nyata tentang betapa beratnya hari tersebut.
Ikatan darah yang selama ini menjadi sumber kasih sayang dan perlindungan—antara orang tua dan anak, suami dan istri, atau saudara kandung—akan sirna seketika.
Setiap individu akan sibuk dengan urusannya sendiri, berjuang menyelamatkan diri dari azab Allah SWT.
Dalil Al-Qur’an: Manusia Lari dari Keluarganya
BACA JUGA:Salah Satu Tanda Kiamat: Populasi Wanita Lebih Banyak dari Pria Menurut Hadis, Kok Bisa?
BACA JUGA:Wajib Tau! Asal-usul Garam Benarkah Hadiah Nabi Ibrahim untuk Umat Nabi Muhammad hingga Hari Kiamat
Fenomena ini dijelaskan secara gamblang dalam Surah ‘Abasa ayat 34–37:
“Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.”
Mengutip buku Al-Qur'an dan As-Sunnah Bicara Wanita karya As-Sayyid Muhammad Shiddiq Khan (2022), dijelaskan bahwa manusia akan lari dari keluarganya bukan karena benci, tetapi karena masing-masing disibukkan oleh urusan besar, yakni mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di hadapan Allah SWT.
Ketakutan dan Kesibukan yang Melumpuhkan Ikatan Duniawi
BACA JUGA:Jam Kiamat 2025 Dimajukan! Tinggal 89 Detik Menuju Tengah Malam, Dunia di Ambang Bencana?
BACA JUGA:Apakah Tanda-Tanda Kiamat Sudah Muncul? Ustaz Adi Hidayat Ungkap Fakta yang Wajib Kamu Tau!
Hari kiamat bukan hanya tentang kehancuran fisik, tetapi juga tentang kehancuran ikatan emosional dan sosial.