bacakoran.co

Viral! Guru di Subang Tampar Siswa Gegara Panjat Tembok hingga Roboh, Orang Tua Auto Ngamuk

Insiden guru menampar siswa di Subang viral. Orang tua protes, sekolah mediasi, Gubernur Jabar turun tangan./Kolase Bacakoran.co--Instagram @feedgramindo

Namun, publikasi di media sosial tetap dilakukan oleh orang tua siswa.

"Kami tidak bisa melarang, itu hak beliau. Tapi pada hari Selasa masalah sebenarnya sudah selesai dan sudah ada kata maaf," pungkas Yaumi.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 2 Jalancagak tidak berada di lokasi saat wartawan datang karena sedang memenuhi panggilan dari Gubernur Jawa Barat untuk memberikan klarifikasi terkait insiden tersebut.

Viral! Guru di Subang Tampar Siswa Gegara Panjat Tembok hingga Roboh, Orang Tua Auto Ngamuk

Rida Satriani

Rida Satriani


bacakoran.co — sebuah insiden di smpn 2 jalancagak, kabupaten subang, memicu perdebatan publik setelah video pertengkaran antara siswa dan seorang viral di media sosial.

peristiwa ini bermula dari dugaan kekerasan fisik yang dilakukan oleh guru terhadap sejumlah siswa, termasuk seorang siswa berinisial zr.

dalam video yang diunggah oleh akun tiktok @mangdans_, terlihat seorang pria yang diketahui sebagai ayah zr, deni rukmana (38), mendatangi sekolah dan meluapkan kemarahannya kepada guru yang diduga menampar anaknya.

dalam unggahan tersebut, deni mengakui bahwa anaknya memang melakukan kesalahan, namun ia menolak keras tindakan kekerasan sebagai bentuk pendisiplinan.

"saya akui anak saya salah gara-gara manjat tembok sampai roboh, tapi saya tidak suka cara guru yang sudah pakai kekerasan. bukan anak saya saja yang kena gampar, tapi ada delapan anak yang digampar," tulis deni di akun tiktok miliknya.

deni juga membagikan video kedatangannya ke sekolah melalui akun instagram pribadinya, yang kemudian menyebar luas dan memicu perhatian publik.

ia menjelaskan bahwa niat awalnya adalah untuk klarifikasi secara baik-baik, namun situasi berubah menjadi panas ketika guru yang bersangkutan menanggapi dengan nada tinggi.

"awalnya saya datang karena dapat laporan anak saya ditampar beberapa kali. saya hanya mau menanyakan secara baik-baik saja. tapi salah seorang guru malah menanggapi dengan nada tinggi, seolah merasa tindakannya itu benar," ujar deni pada rabu (5/11/2025) sore.

guru yang menjadi sorotan dalam kasus ini adalah rana saputra, pengajar mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (ips) di smpn 2 jalancagak.

rana mengakui bahwa ia memang menampar zr dan beberapa siswa lainnya sebagai bentuk penegakan disiplin.

menurut pengakuannya kepada gubernur jawa barat, dedi mulyadi, tindakan tersebut dilakukan karena para siswa melanggar aturan sekolah.

"dia (siswa zr) pelanggarannya merokok, kemudian berkelahi, mengganggu kelas yang lain, dan terakhir loncat dari pagar," jelas rana saat ditemui dedi mulyadi, rabu (5/11/2025).

menanggapi insiden tersebut, gubernur dedi mulyadi menyampaikan pesan penting kepada guru dan orang tua siswa.

ia menekankan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama, dan perlu ada saling pengertian antara pihak sekolah dan keluarga.

"ketika di sekolah anak menjadi tanggung jawab guru, ketika di rumah tanggung jawab orang tua, jadi dua-duanya harus saling menghargai," ujar dedi.

"kalau dititipkan di sekolah, percayakan kepada guru. kalau gurunya agak keras sedikit, nah orang tuanya juga harus menyadari kenapa kekerasan itu terjadi. tetapi guru juga harus menyadari tidak semua hal bisa diselesaikan dengan kekerasan," tambahnya.

pihak sekolah melalui wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana, yaumi basuki, turut memberikan klarifikasi.

ia menyebut bahwa insiden tersebut merupakan bentuk kesalahpahaman antara orang tua dan guru.

menurutnya, pagar sekolah yang baru dibangun dua minggu sebelumnya telah rusak akibat aksi siswa yang melompatinya.

"pagar ini baru selesai dua minggu. kami sudah wanti-wanti supaya dijaga. tapi beberapa siswa masih loncat pagar, termasuk zr dan teman-temannya," ujar yaumi.

ia juga mengakui bahwa tindakan menampar siswa sebagai bentuk disiplin adalah keliru dan akan dievaluasi.

"kami akan mengevaluasi cara pembinaan. ke depan kami akan mencari solusi bagaimana mendisiplinkan tanpa kekerasan fisik," tegasnya.

yaumi menyebut bahwa mediasi telah dilakukan antara guru, orang tua siswa, dan pihak sekolah pada selasa (4/11/2025), dan kedua belah pihak telah saling memaafkan.

namun, publikasi di media sosial tetap dilakukan oleh orang tua siswa.

"kami tidak bisa melarang, itu hak beliau. tapi pada hari selasa masalah sebenarnya sudah selesai dan sudah ada kata maaf," pungkas yaumi.

sementara itu, kepala sekolah smpn 2 jalancagak tidak berada di lokasi saat wartawan datang karena sedang memenuhi panggilan dari gubernur jawa barat untuk memberikan klarifikasi terkait insiden tersebut.

Tag
Share