bacakoran.co

Waduh! Di Negara Ini, Influencer Nggak Bisa Ngonten Kalau Tak Punya Ijazah dan Gelar Resmi!

Aturan super ketat diberlakukan pemerintah China, influencer wajib lulus kuliah, punya gelar atau ijazah pendidikan resmi sesuai bidang dibahas untuk ngonten. Foto ilustrasi.--ai generate/ist

Langkah ini, kata pemerintah, dibuat untuk melindungi publik dari promosi menyesatkan dan memperkuat tanggung jawab digital.
Netizen Terbelah

BACA JUGA:KPK Geledah Kantor Plt Gubernur Riau, Dokumen Penting Disita dari Mobil Dinas

BACA JUGA:Terungkap, Pelaku Peledakan SMAN 72 Jakarta Utara Sering Kunjungi Situs 'Dark Web'

Kebijakan ini langsung jadi topik panas di jagat maya China.

Di platform Weibo, ribuan komentar bermunculan di mana sebagian mendukung, tapi tak sedikit yang mencibir.

“Sudah waktunya orang yang benar-benar ahli yang bicara soal hal penting. Capek lihat orang ngawur kasih saran keuangan dan kesehatan cuma modal ‘kata AI’,” tulis salah satu pengguna Weibo.

Namun, ada pula yang menganggap aturan ini terlalu mengekang kebebasan berekspresi.

BACA JUGA:Pramono Usulkan Dua Proyek Besar DKI Masuk Proyek Strategis Nasional, Ini Detailnya

BACA JUGA:Penggeledahan Rumah NF di Cilincing, Polisi Temukan Barang Bukti Diduga Terkait Ledakan SMA 72

“Kalau begini terus, nanti kita perlu izin buat ngomong apa pun di internet,” keluh seorang kreator asal Beijing.

Pemerintah China: “Bukan Sensor, Tapi Perlindungan Publik!”

Menanggapi pro-kontra tersebut, pemerintah China menegaskan, aturan baru ini tidak dimaksudkan untuk membungkam opini publik, melainkan untuk mencegah penyebaran informasi berbahaya yang bisa menyesatkan masyarakat.

“Langkah ini bukan bentuk sensor, melainkan edukasi dan proteksi,” ujar juru bicara CAC.

BACA JUGA:Kasus Korupsi Chromebook Nadiem Makarim, Kejagung Resmi Limpahkan Berkas ke JPU!

BACA JUGA:Lisa Mariana Resmi Ditetapkan Jadi Tersangka Kasus Video Syur, Polisi Beberkan Fakta Mengejutkan!

Namun, sejumlah pengamat internasional menilai kebijakan ini bisa jadi batu loncatan menuju pengawasan digital yang lebih ketat di masa depan.

Waduh! Di Negara Ini, Influencer Nggak Bisa Ngonten Kalau Tak Punya Ijazah dan Gelar Resmi!

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – aturan ketat diberlakukan pemerintah china, influencer wajib punya gelar pendidikan atau sertifikasi resmi sesuai bidang yang dibahas jika ingin ngonten.

jika melanggar, maka bersangkutan akan diberikan sanksi tegas, pemblokiran permanen.

adapun aturan super ketat ini diberlakukan mulai 25 oktober 2025 lalu.

kebijakan mengejutkan ini diumumkan langsung oleh cyberspace administration of china (cac), otoritas tertinggi dunia maya di negeri tirai bambu.

tujuannya? untuk memerangi banjir misinformasi, hoaks, dan konten ngawur yang sering menyesatkan publik.

terutama dalam bidang-bidang sensitif seperti keuangan, hukum, kesehatan, pendidikan, dan medis.

ngonten nggak bisa asal bacot

menurut cac, mulai sekarang para konten kreator yang ingin membahas topik-topik serius seperti investasi, pengobatan herbal, hukum, atau psikologi harus menunjukkan bukti ijazah, lisensi profesi, atau sertifikat pelatihan yang diakui pemerintah.

platform besar seperti douyin (tiktok versi china), weibo, hingga bilibili juga diwajibkan memverifikasi kredensial kreator sebelum mereka boleh mempublikasikan konten terkait.

bahkan, bila konten dibuat menggunakan kecerdasan buatan (ai), kreator harus mencantumkan peringatan dan sumber rujukan yang jelas.

selain itu, pemerintah juga melarang iklan terselubung untuk produk-produk seperti obat, suplemen, atau makanan kesehatan yang diklaim “berbasis edukasi”.

langkah ini, kata pemerintah, dibuat untuk melindungi publik dari promosi menyesatkan dan memperkuat tanggung jawab digital.
netizen terbelah

kebijakan ini langsung jadi topik panas di jagat maya china.

di platform weibo, ribuan komentar bermunculan di mana sebagian mendukung, tapi tak sedikit yang mencibir.

“sudah waktunya orang yang benar-benar ahli yang bicara soal hal penting. capek lihat orang ngawur kasih saran keuangan dan kesehatan cuma modal ‘kata ai’,” tulis salah satu pengguna weibo.

namun, ada pula yang menganggap aturan ini terlalu mengekang kebebasan berekspresi.

“kalau begini terus, nanti kita perlu izin buat ngomong apa pun di internet,” keluh seorang kreator asal beijing.

pemerintah china: “bukan sensor, tapi perlindungan publik!”

menanggapi pro-kontra tersebut, pemerintah china menegaskan, aturan baru ini tidak dimaksudkan untuk membungkam opini publik, melainkan untuk mencegah penyebaran informasi berbahaya yang bisa menyesatkan masyarakat.

“langkah ini bukan bentuk sensor, melainkan edukasi dan proteksi,” ujar juru bicara cac.

namun, sejumlah pengamat internasional menilai kebijakan ini bisa jadi batu loncatan menuju pengawasan digital yang lebih ketat di masa depan.

bahkan mungkin mengancam ruang kebebasan kreatif di media sosial china.

Tag
Share