Menurut mereka, perayaan ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dan mengenang kebesaran peristiwa Isra Mi’raj.
Namun, mereka juga menekankan bahwa perayaan harus diisi dengan kegiatan yang bermanfaat, seperti pengajian, pembacaan sirah Nabi, dan refleksi atas hikmah dari peristiwa tersebut.
3. Pandangan Mazhab Syafi’i
Mazhab Syafi’i memiliki pandangan yang lebih moderat dengan menyatakan bahwa merayakan Isra Mi’raj adalah mubah atau diperbolehkan.
Selama tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan syariat Islam.
Dalam pandangan mereka, selama perayaan tersebut bertujuan untuk memperdalam pemahaman umat tentang agama dan meningkatkan ketakwaan, maka hal itu diperbolehkan.
BACA JUGA:Masjid Al-Aqsa, Tiga Masjid Suci Umat Islam, Tempat Nabi Muhammad Isra Miraj
Akan tetapi, mereka memperingatkan agar tidak berlebihan dalam merayakan hingga melibatkan praktik-praktik yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
4. Pandangan Mazhab Hambali
Mazhab Hambali cenderung lebih ketat dalam menanggapi perayaan Isra Mi’raj, dengan menyatakan bahwa perayaan tersebut makruh atau tidak disukai.
Mereka berpendapat bahwa tidak ada contoh dari Rasulullah SAW maupun para sahabat yang merayakan Isra Mi’raj, sehingga hal ini lebih baik ditinggalkan.
Menurut mereka, yang lebih utama adalah mengambil hikmah dari peristiwa ini dan berfokus pada pelaksanaan perintah shalat yang menjadi inti dari Isra Mi’raj.
BACA JUGA:Jangan Asal! Maulid Nabi Bid'ah atau Tradisi Berharga? Ini Jawaban Keren dari Ustaz Adi Hidayat..
BACA JUGA:Sobat Muslim Wajib Tau! Maulid Nabi Bid'ah atau Bukan? Ini Jawaban Telak Ustaz Adi Hidayat..
Meskipun terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama, semua sepakat bahwa Isra Mi’raj adalah peristiwa agung yang mengandung banyak hikmah.