"Bagusan adit sopo jarwo wakk."
"Bagaimana kami dapat mencintai produk negeri ini, jika negeri ini saja belum mencintai kami...??"
"Ga usah maksa pak, uangnya juga saya nyari sendiri."
"Seni itu relatif, betul. Tapi profesionalisme jelas terukur pak. Gitu aja udah. Maaf saya ga akan nonton pak. Maaf sekali lagi."
Komentar-komentar tersebut mencerminkan adanya jurang antara harapan publik terhadap kualitas karya lokal dan kenyataan yang mereka temui di layar.
BACA JUGA:Link Resmi Download Logo HUT RI ke-80, Tema dan Penjelasan Filosofinya!
BACA JUGA:Resmi Dirilis! Ini Arti Logo HUT RI ke-80, Punya Makna Mendalam!
Sorotan Biaya Produksi
Film Merah Putih: One For All juga menuai kritik tajam setelah produsernya, Toto Soegriwo, mengungkap bahwa biaya produksi mencapai Rp 6,7 miliar dengan waktu pengerjaan kurang dari dua bulan.
Netizen mempertanyakan transparansi dan efisiensi anggaran, apalagi setelah muncul dugaan bahwa sebagian aset visual dibeli dari platform penjualan aset 3D dengan harga puluhan dolar AS per item.
Sebagai perbandingan, anime populer seperti One Piece dan Demon Slayer memiliki biaya produksi sekitar Rp 1,8 miliar per episode.
Meski durasinya lebih pendek, kualitas animasi, desain karakter, dan tata artistik mereka dinilai jauh lebih unggul.
Menanggapi kritik tersebut, Toto Soegriwo memilih untuk tidak ambil pusing.
“Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain,” tulis Toto dalam akun Instagramnya.