Meski seluruh siswa telah pulih, BGN tetap mengambil langkah investigatif.
Sampel makanan telah diambil oleh pihak RSUD dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk diuji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Hasil uji laboratorium diperkirakan baru akan keluar dalam tiga hingga tujuh hari ke depan.
"Kami tidak menafikan, bukan karena, oh kecil segitu, tidak menafikan. Tapi tentu menjadi perhatian kami. Ini kan masih simpang siur. Apakah benar karena makan MBG atau yang lain?" kata Nanik.
Operasional SPPG Tetap Berjalan
Meski ada dugaan keracunan, SPPG Sunter tetap beroperasi melayani penerima manfaat MBG.
Nanik menegaskan bahwa penghentian operasional hanya akan dilakukan jika hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa makanan MBG menjadi penyebab gejala yang dialami siswa.
"Iya, nanti menunggu hasil uji lab. Misalnya keracunan itu, pasti langsung kita tutuplah. Itu tindakan kita. Termasuk SPPG-nya kan kita nonaktifkan," tegasnya.
Kasus Serupa Pernah Terjadi di Jakarta
Insiden di SMAN 15 Jakarta bukanlah yang pertama.
Berdasarkan data BGN, kasus dugaan keracunan makanan MBG juga pernah terjadi di SPPG Pancoran Kalibata, Jakarta Selatan, pada 29 Agustus 2025, yang mengakibatkan tiga orang terdampak.
Selain itu, SPPG Khusus Koja, Jakarta Utara, juga mencatat 14 orang terdampak dalam kasus serupa.
Program MBG merupakan bagian dari upaya pemerintah pusat untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah.
Namun, insiden-insiden seperti ini menimbulkan kekhawatiran publik terhadap keamanan pangan dalam pelaksanaan program tersebut.
Meski jumlah siswa yang terdampak relatif kecil, BGN menegaskan bahwa setiap kasus tetap menjadi perhatian serius.
Evaluasi menyeluruh terhadap sistem distribusi, pengawasan dapur, dan kualitas bahan makanan menjadi langkah penting agar program MBG dapat berjalan aman dan sehat.