BACAKORAN.CO - Penjualan Pertalite, bahan bakar bersubsidi andalan rakyat, anjlok 5,10% dari 81.106 kiloliter (KL) per hari pada 2024 menjadi hanya 76.970 KL per hari di 2025.
Namun, di balik penurunan itu, justru ada kabar manis.
Keuangan negara langsung hemat Rp12,6 triliun!
Efisiensi Jumbo di Kas Negara
BACA JUGA:Terus Cetak Rekor, Begini Prediksi Harga Emas di 2025-2026! Bisa Tembus US$4.000 per Troy Ons?
BACA JUGA:Cetak Rekor Lagi! Emas Antam Tak Terbendung, Harganya Tembus Rp 2,33 Juta per Gram
Dirjen Migas Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, mengungkapkan, turunnya konsumsi Pertalite otomatis memangkas biaya kompensasi pemerintah kepada Pertamina.
“Dari semula Rp48,9 triliun, proyeksi kompensasi kini hanya sekitar Rp36,3 triliun. Ada efisiensi sekitar Rp12,6 triliun berkat shifting konsumsi BBM ini,” tegas Laode saat rapat kerja dengan Komisi XII DPR.
Rakyat Mulai Naik Kelas ke BBM Non-Subsidi
Fenomena ini terjadi karena semakin banyak masyarakat yang beralih ke BBM non-subsidi seperti Pertamax dan Pertamax Turbo. Data mencatat, penjualan bensin non-subsidi melonjak 19,21% dari 19.061 KL di 2024 menjadi 22.723 KL pada 2025.
BACA JUGA:Cara Mudah Ajukan KUR Syariah BSI 2025, Pinjaman Halal untuk UMKM Tanpa Jaminan dan Proses Cepat!
Laode menyebut, tren peralihan ini menunjukkan konsumen mulai meninggalkan RON 90 (Pertalite) dan beralih ke bahan bakar beroktan lebih tinggi.
Tak tanggung-tanggung, market share BBM non-subsidi juga ikut naik, dari 11% pada 2024 menjadi 15% di periode Januari–Juli 2025.
Hemat Anggaran, BBM Premium Naik Daun
Perubahan pola konsumsi ini tak hanya meringankan beban APBN, tapi juga menandai meningkatnya kesadaran masyarakat akan kualitas bahan bakar.
BACA JUGA:Harga Emas Dunia Tiap Hari Pecah Rekor, Tertinggi Sejak 2011! Bakal Makin Melambung?
BACA JUGA:Emas Antam Makin Menggila! Harga 1 Gram Hampir Rp 2,3 Juta, Naik Segini!