BACAKORAN.CO - Tragedi ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, menyisakan kisah dramatis penyelamatan nyawa santri.
Salah satu korban, Nur Ahmad (14), harus menjalani amputasi darurat langsung di lokasi reruntuhan demi bertahan hidup.
Keputusan medis ekstrem itu dilakukan tim dokter RSUD R T Notopuro Sidoarjo di tengah lorong sempit bangunan yang rata dengan tanah.
Peristiwa memilukan itu terjadi pada Senin (29/9/2025) sore ketika ratusan santri tengah menunaikan salat asar.
Tanpa peringatan, bangunan empat lantai itu ambruk menimbun puluhan orang.
BACA JUGA:Pilu, BNPB Ungkap Tidak Ada Tanda Kehidupan Lagi di Reruntuhan Bangunan Ponpes Al Khoziny!
Ahmad menjadi salah satu korban yang terjebak di bawah beton besar, dengan lengan yang remuk tertindih puing.
Situasi darurat membuat tim medis harus mengambil langkah cepat.
Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSUD Sidoarjo, dr Larona Hydravianto, menjadi salah satu sosok kunci dalam misi penyelamatan ini.
Ia menuturkan bahwa kondisi Ahmad saat itu kritis, dengan tangan yang sudah hancur dan tidak mungkin diselamatkan.
“Beliau menginformasikan ke saya bahwa, dr Rona, ini ada satu pasien yang posisinya itu hidup tapi lengan itu tertimpa reruntuhan bangunan, beton begitu, sehingga tim memang kesulitan untuk mengevakuasi,” kata Larona, dikutip dari CNN Indonesia.
BACA JUGA:Update Korban Ponpes Al Khoziny Ambruk: Fakta Terbaru 14 Meninggal, 103 Selamat
BACA JUGA:Misteri Bau Anyir Ponpes Al-Khoziny, Update 13 Korban Tewas dan Ratusan Luka-Luka
"Sedangkan sudah beberapa kali dicoba untuk mengangkat beton tersebut kesulitan dan sangat berisiko, untuk malah semakin memperburuk keadaan," sambungnya.