“Gimana kalau MBG dikasih ke para pejabat tiap hari?”
“Kok pejabat Indonesia suka menganggap sepele persoalan kalau menjumpai rakyatnya ya?”
“Warga Jateng, inikah pemimpin yang kalian harapkan?”
“Statement seorang gubernur gak masuk akal.”
“Akh malah kaget kamh jadi gubernur.”
BACA JUGA:SPPG Nakal Akan Ditindak Setelah Perpres MBG Dirilis, Hampir Semua Tak Jalankan Prosedur!
BACA JUGA:Perpres MBG Segera Terbit, SPPG Nakal Biang Keracunan Massal Siap Disikat!
Sebelumnya, saat ditemui awak media di lokasi yang sama, Luthfi juga sempat menyampaikan bahwa gejala diare yang dialami anak-anak merupakan hal biasa.
“Banyak [evaluasinya], macam-macam. Kadang-kadang ada perutnya yang kaget, diare, biasa. Jadi rausah mbok gedek-gedekno, medeni wong,” ujarnya, meminta agar insiden tersebut tidak dibesar-besarkan.
Meski terkesan meremehkan, Luthfi tetap mengakui adanya kelemahan dalam pelaksanaan program MBG.
Ia menyoroti aspek higienitas, sanitasi, dan kesiapan sumber daya manusia (SDM) sebagai titik rawan yang perlu segera dibenahi.
“Omprengnya tidak bersih jadi penyakit. Kemudian SDM yang menjamah makanan itu kurang profesional. Karena buru-buru, belum siap disimpan, lama kelamaan jadi penyakit,” jelasnya.
BACA JUGA:Program MBG Jadi Sebab Keracunan Masal, BGN Terheran-heran: Tidak Mungkin Masak Ada Racun!
Sebagai langkah korektif, Luthfi meminta seluruh pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di daerah untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proses produksi dan distribusi makanan.
Ia juga menekankan pentingnya pemenuhan standar kebersihan dengan mengantongi Sertifikat Laik Higienitas Sanitasi (SLHS) sebelum kegiatan memasak dilakukan.