BACA JUGA:Salah Satu Tanda Kiamat: Populasi Wanita Lebih Banyak dari Pria Menurut Hadis, Kok Bisa?
Dalam ajaran Islam, panas ekstrem dan perubahan iklim yang drastis seringkali dikaitkan dengan tanda-tanda akhir zaman atau hari kiamat.
Meskipun Al-Qur'an dan Hadis tidak secara spesifik menyebutkan "panas ekstrem" dalam pengertian modern, banyak teks menggambarkan kondisi bumi yang memburuk, kekeringan, dan peningkatan suhu sebagai bagian dari tanda-tanda kecil maupun besar kiamat.
Salah satu hadis yang sering dikutip adalah tentang panasnya neraka Jahanam yang memengaruhi suhu di dunia.
Rasulullah SAW bersabda:
"Apabila cuaca sangat panas, maka akhirkan salat Zuhur sampai waktu dingin, karena panas yang sangat terik itu merupakan hembusan hawa panas neraka Jahanam."
Hadis lain juga menyebutkan bahwa neraka mengadu kepada Rabb-nya dan Allah mengizinkannya memiliki dua embusan: napas di musim panas dan napas di musim dingin.
Hal ini menunjukkan bahwa panas dan dingin ekstrem di dunia adalah bagian kecil dari siksaan neraka.
Peningkatan suhu yang dirasakan manusia di dunia dapat menjadi pengingat akan dahsyatnya panas neraka di akhirat.
Beberapa ulama dan ilmuwan juga mengaitkan fenomena seperti El Nino, kekeringan, dan kelaparan sebagai tanda-tanda mendekatnya hari kiamat.
Meskipun waktu pasti kiamat adalah rahasia Allah SWT, tanda-tanda ini berfungsi sebagai peringatan bagi umat manusia untuk meningkatkan keimanan dan amal saleh.
Perspektif Sains
BACA JUGA:Wajib Tau! Asal-usul Garam Benarkah Hadiah Nabi Ibrahim untuk Umat Nabi Muhammad hingga Hari Kiamat
BACA JUGA:Jam Kiamat 2025 Dimajukan! Tinggal 89 Detik Menuju Tengah Malam, Dunia di Ambang Bencana?
Dari sudut pandang sains, pemanasan global dan panas ekstrem sering disebut sebagai "kiamat iklim" atau "titik kritis" yang mengancam keberlangsungan hidup di Bumi.
Para ilmuwan secara luas sepakat bahwa perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama emisi gas rumah kaca.
Fenomena ini telah menyebabkan peningkatan suhu rata-rata global, pencairan es di kutub, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi bencana alam yang lebih sering.