BACAKORAN.CO - Pada saat pembacaan dakwaan, Oditur Militer Letkol Chk Yusdiharto beberapa kali menyebut para terdakwa menganiaya Lucky dan paksa korban mengaku LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender).
Prada Lucky dituding LGBT dengan beberapa orang temannya dan warga sipil dan hal itu juga disampaikan teman satu letting Lucky, Prada Richard.
Ia mengaku dipaksa oleh atasannya, Letda Inf Made Juni Arta Dana, untuk mengaku melakukan hubungan sesama jenis bersama Prada Lucky dan Richard ungkap kejadian itu terjadi pada 28 Juli 2025 sekitar pukul 21.00 Wita.
Waktu itu, Richard dibawa ke ruang staf intel oleh Pratu Imanuel Nimrot Laubora, tempat Letda Made Juni sudah menunggu.
BACA JUGA:Resmi, Keluaga Prada Lucky Ajukan Permohonan Perlindungan pada LPSK, Usut Fakta Kasus Penganiayaan!
Richard mengaku dipaksa untuk mengakui LGBT dan ia sempat menolak mengakuinya, tapi didesak dan terus-menerus dipukul, dia terpaksa berbohong.
"Saya ditanya berapa kali LGBT tapi saya terpaksa berbohong supaya tidak dipukuli lagi," kata Richard di persidangan, dilansir Bacakoran.co dari Kompas.com, Rabu (30/10/2025).
Kemudian, tuduhan LGBT ini juga dipertanyakan oleh ayah Lucky, Sersan Mayor (Serma) Kristian Namo, saat diberikan kesempatan Oditur Militer untuk berbicara.
"Dari keterangan para saksi lainnya bahwa anak saya ini dianiaya karena dibilang LGBT, karena itu saya minta bukti-buktinya," kata Kristian Namo.
BACA JUGA:Tegas, Kementeri HAM Desak Kasus Kematian Prada Lucky Diusut Secara Transparan: Itu Prinsip!
Menurutnya tuduhan tersebut tidak bisa dibuktikan karena korban baru kenal satu bulan setengah.
"Untuk LGBT itu tidak bisa dibuktikan. Itu hanya asumsi dari mereka. Apalagi mereka ini baru kenal satu bulan setengah. Batalyon yang mereka bertugas ini belum genap dua bulan. Jadi bagaimana mereka bisa membuktikan kalau korban ini LGBT atau penyimpangan seksual," kata Yusdiharto.
Ibu Korban Minta Pelaku Dihukum Berat
"Saya mohon kepada Bapak Hakim yang mulia, tolong terapkan pasal yang benar-benar memberatkan para pelaku, karena mereka telah menghilangkan nyawa anak saya secara biadab dan tidak manusiawi,” ucap Sepriana dengan suara bergetar.