bacakoran.co

Bukan Perang, Tapi Pengeroyokan! 20 Prajurit TNI Hajar Prada Lucky Sampai Mati, Perwira Diam Saja

Ibunda Prada Lucky bersimpuh di hadapan Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Piek Budyakto, memohon keadilan atas kematian putranya.-Gambar Ist-

BACAKORAN.CO - Tangis pilu Sepriana Paulina Mierpey, ibu dari almarhum Prada Lucky Chepril Saputra Namo, menjadi simbol duka dan kemarahan publik atas kematian prajurit muda yang diduga tewas dianiaya oleh para seniornya sendiri.

Kasus ini tak hanya mengguncang institusi TNI, tetapi juga membuka luka lama tentang kekerasan dalam sistem pembinaan militer.

Senin (11/8/2025), tangis Sepriana Paulina Mierpey pecah di hadapan Pangdam IX/Udayana, Mayjen TNI Piek Budyakto.

Dengan tubuh gemetar, ia bersimpuh, memohon agar pelaku yang menganiaya anaknya dihukum seberat-beratnya.

“Saya serahkan anak saya sebagai tentara. Tapi saya terima pulang mayat. Saya mohon, tolong jangan ada fitnah lagi,” ucap Paulina sambil menangis, dikutip dari TRIBUNPALU.COM.

BACA JUGA:20 Tersangka Sebabkan Kematian Prada Lucky, Ketua DPR Desak Pelaku Dihukum Biar Jera: Diproses Secara Adil!

BACA JUGA:Babak Baru Tragedi Prada Lucky: 4 Anggota TNI Jadi Tersangka dan 16 Masih dalam Penyelidikan!

Janji Lucky untuk menghadiahi ibunya rumah di ulang tahun bulan depan kini tinggal kenangan.

Sang ibu menyesalkan bagaimana putranya, kebanggaan keluarga, justru meregang nyawa bukan di medan perang, melainkan di tangan teman satu korps.

20 Tersangka Ditahan, 1 Perwira Diduga Sengaja Biarkan Kekerasan

Kasus tragis ini terus diusut oleh Polisi Militer Kodam IX/Udayana.

Hingga kini, 20 orang prajurit telah ditetapkan sebagai tersangka. Tak tanggung-tanggung, satu di antaranya adalah perwira yang diduga sengaja membiarkan kekerasan terjadi.

BACA JUGA:Bertambah, 20 Anggota TNI Jadi Tersangka dalam Kasus Kematian Prada Lucky, Motifnya Terungkap?

BACA JUGA:DPR Desak Pengadilan Militer Usut Tuntas Kasus Kematian Prada Lucky di NTT: Jatuhkan Hukuman Setimpal

Bukan Perang, Tapi Pengeroyokan! 20 Prajurit TNI Hajar Prada Lucky Sampai Mati, Perwira Diam Saja

Yudha IP

Yudha IP


bacakoran.co - tangis pilu sepriana paulina mierpey, ibu dari almarhum chepril saputra namo, menjadi simbol duka dan kemarahan publik atas kematian muda yang diduga tewas dianiaya oleh para seniornya sendiri.

kasus ini tak hanya mengguncang institusi tni, tetapi juga membuka luka lama tentang kekerasan dalam sistem pembinaan militer.

senin (11/8/2025), tangis sepriana paulina mierpey pecah di hadapan pangdam ix/udayana, mayjen piek budyakto.

dengan tubuh gemetar, ia bersimpuh, memohon agar pelaku yang menganiaya anaknya dihukum seberat-beratnya.

“saya serahkan anak saya sebagai tentara. tapi saya terima pulang mayat. saya mohon, tolong jangan ada fitnah lagi,” ucap paulina sambil menangis, dikutip dari tribunpalu.com.

janji lucky untuk menghadiahi ibunya rumah di ulang tahun bulan depan kini tinggal kenangan.

sang ibu menyesalkan bagaimana putranya, kebanggaan keluarga, justru meregang nyawa bukan di medan perang, melainkan di tangan teman satu korps.

20 tersangka ditahan, 1 perwira diduga sengaja biarkan kekerasan

kasus tragis ini terus diusut oleh polisi militer kodam ix/udayana.

hingga kini, 20 orang prajurit telah ditetapkan sebagai tersangka. tak tanggung-tanggung, satu di antaranya adalah perwira yang diduga sengaja membiarkan kekerasan terjadi.

“ada perwira yang dikenai pasal 132 kuhp militer karena memberi kesempatan bawahannya melakukan kekerasan,” ujar brigjen tni wahyu yudhayana, kadispenad, dikutip dari kompas.com.

brigjen wahyu juga menegaskan bahwa tindakan kekerasan yang terjadi bukan dalam satu hari, melainkan dilakukan berulang kali terhadap lucky, mulai dari pemeriksaan hingga tahanan.

motifnya? ternyata ‘pembinaan’ yang menyimpang

dalam keterangannya kepada detiknews, brigjen wahyu mengungkapkan bahwa penganiayaan terhadap lucky dilakukan dalam rangka “pembinaan”.

namun pembinaan seperti apa yang membuat seorang prajurit muda harus meregang nyawa?

“semuanya atas dasar pembinaan. tapi kami masih mendalami motif detailnya karena peran tiap tersangka berbeda,” ujar wahyu dalam konferensi pers di mabes tni ad.

penganiayaan terjadi sejak 27 juli 2025 setelah lucky diperiksa atas dugaan penyimpangan seksual.

ia sempat kabur, namun akhirnya ditangkap dan dibawa kembali ke asrama, lalu dipukuli dengan selang dan kembali dianiaya di tahanan hingga kesehatannya memburuk.

prada lucky akhirnya meninggal dunia pada 6 agustus 2025 setelah sempat dirawat di rsud aeramo.

ayahnya: “ada bekas sundutan rokok di tubuh anak saya”

kesaksian ayah lucky, serma christian namo, membuat bulu kuduk merinding.

“saya lihat sendiri tubuhnya. ada lebam di dada, punggung, bahkan ada bekas sundutan rokok di kaki dan tangan,” ungkapnya, dikutip dari tribunpalu.com.

kakak korban, novilda, juga mengungkap curhatan lucky melalui telepon beberapa hari sebelum meninggal.

ia mengeluh kesakitan akibat dipukul oleh senior.

menko polhukam turun tangan, tni diingatkan: jangan tutup-tutupi!

menteri koordinator bidang politik, hukum, dan keamanan (menko polhukam), budi gunawan, tak tinggal diam.

ia meminta proses hukum terhadap para tersangka dilakukan secara terbuka dan transparan, agar bisa dipantau publik dan tidak menjadi preseden buruk dalam tubuh militer.

“kami pantau dan minta proses hukum dilakukan sesuai uu dan asas keadilan,” ujarnya dalam kutipan dari kompastv.

langkah itu diamini oleh tni.

proses hukum tengah disiapkan, termasuk rekonstruksi kejadian, gelar perkara, hingga pelimpahan ke oditur militer untuk disidangkan di pengadilan militer.

catatan hitam di tubuh tni: evaluasi sistem pembinaan

kadispenad mengakui bahwa kasus kematian lucky menjadi bahan evaluasi serius untuk seluruh satuan tni ad.

tradisi pembinaan yang menyimpang harus dihentikan.

“kami tidak mentolerir pembinaan di luar kaidah yang menyebabkan kerugian personel, apalagi sampai meninggal dunia,” tegas wahyu, dikutip dari kompas.com.

satu nyawa, dua puluh tersangka, dan luka tak terlupakan

kasus prada lucky telah membuka borok lama dalam dunia militer: soal pembinaan keras, senioritas buta, dan kekerasan yang dibungkus kedisiplinan.

di balik seragam hijau itu, ternyata masih ada ruang bagi praktik brutal yang tak manusiawi.

Tag
Share