bacakoran.co

Zulhas Respons Fenomena Siswa Keracunan MBG di Sejumlah Daerah: Memang Belum Terbiasa

Zulhas tanggapi kasus keracunan MBG di sekolah: bukan salah masak, bisa karena alergi atau belum terbiasa./Kolase Bacakoran.co--Universitas Gadjah Mada dan Instagram @medsoszone

BACAKORAN.CO - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pemerintah sejak Januari 2025 telah menimbulkan banyak insiden keracunan makanan yang terjadi di sejumlah daerah memicu kekhawatiran dan pertanyaan besar soal pelaksanaan program ini.

Salah satu kasus paling mencolok terjadi di Yogyakarta, di mana sebanyak 379 siswa dari empat sekolah dilaporkan mengalami gejala keracunan seperti pusing, mual, dan diare. 

Keempat sekolah tersebut adalah SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, SMPN 3 Mlati, dan SMP Pamungkas. 

Menu nasi rawon yang disajikan dalam program MBG sehari sebelumnya diduga menjadi pemicu. 

Akibatnya, pelaksanaan MBG di sekolah-sekolah tersebut dihentikan sementara.

BACA JUGA:Giliran Ratusan Siswa dan Guru Keracunan MBG di Sragen, BGN Ambil Langkah Ini!

BACA JUGA:Geger! Ratusan Siswa di NTT Keracunan Makanan MBG, DPR dan BPOM Angkat Bicara

Menanggapi fenomena ini, Menteri Koordinator Bidang Pangan RI Zulkifli Hasan atau Zulhas memberikan penjelasan yang menyoroti aspek lain dari insiden tersebut. 

Menurutnya, keracunan makanan dalam program MBG tidak serta-merta disebabkan oleh kesalahan dalam pengolahan makanan.

“Bukan berarti salah masak kan? Karena memang kita belum terbiasa,” ujar Zulhas saat meninjau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Wonocolo, Surabaya, Kamis (21/8).

Zulhas menjelaskan bahwa reaksi tubuh anak-anak terhadap makanan bisa sangat berbeda, terutama jika mereka belum terbiasa mengonsumsi bahan tertentu atau memiliki alergi. 

Ia bahkan mencontohkan pengalaman pribadinya saat kecil, ketika ia tidak bisa mengonsumsi susu karena menyebabkan diare.

“Dulu saya dikasih susu, saya mencret karena masih kecil. Jadi minumnya air beras kan,” ungkapnya.

Pentingnya Pendataan Alergi Anak di Sekolah

BACA JUGA:Keracunan Massal di SMPN 8 Kupang: Benarkah Menu MBG Jadi Pemicu?

Zulhas Respons Fenomena Siswa Keracunan MBG di Sejumlah Daerah: Memang Belum Terbiasa

Rida Satriani

Rida Satriani


bacakoran.co - program makan bergizi gratis () yang diluncurkan pemerintah sejak januari 2025 telah menimbulkan banyak insiden makanan yang terjadi di sejumlah daerah memicu kekhawatiran dan pertanyaan besar soal pelaksanaan program ini.

salah satu kasus paling mencolok terjadi di yogyakarta, di mana sebanyak 379 dari empat sekolah dilaporkan mengalami gejala keracunan seperti pusing, mual, dan diare. 

keempat sekolah tersebut adalah smp muhammadiyah 1 mlati, smp muhammadiyah 3 mlati, smpn 3 mlati, dan smp pamungkas. 

menu nasi rawon yang disajikan dalam program mbg sehari sebelumnya diduga menjadi pemicu. 

akibatnya, pelaksanaan mbg di sekolah-sekolah tersebut dihentikan sementara.

menanggapi fenomena ini, menteri koordinator bidang pangan ri zulkifli hasan atau zulhas memberikan penjelasan yang menyoroti aspek lain dari insiden tersebut. 

menurutnya, keracunan makanan dalam program mbg tidak serta-merta disebabkan oleh kesalahan dalam pengolahan makanan.

“bukan berarti salah masak kan? karena memang kita belum terbiasa,” ujar zulhas saat meninjau satuan pelayanan pemenuhan gizi (sppg) di wonocolo, surabaya, kamis (21/8).

zulhas menjelaskan bahwa reaksi tubuh anak-anak terhadap makanan bisa sangat berbeda, terutama jika mereka belum terbiasa mengonsumsi bahan tertentu atau memiliki alergi. 

ia bahkan mencontohkan pengalaman pribadinya saat kecil, ketika ia tidak bisa mengonsumsi susu karena menyebabkan diare.

“dulu saya dikasih susu, saya mencret karena masih kecil. jadi minumnya air beras kan,” ungkapnya.

pentingnya pendataan alergi anak di sekolah

untuk mencegah kejadian serupa, zulhas menekankan pentingnya pendataan alergi anak di sekolah. 

menurutnya, pihak sekolah dan penyelenggara mbg perlu memiliki informasi rinci tentang kondisi kesehatan siswa, termasuk alergi terhadap bahan makanan tertentu.

“nah, ini ada yang alergi juga. kalau saya susu enggak bisa gitu. tapi kalau air tajin bisa,” tambahnya.

langkah ini dinilai penting agar menu mbg dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa, sehingga risiko keracunan bisa diminimalisir.

proses pengolahan sudah diawasi ketat

zulhas juga memastikan bahwa proses pengolahan makanan dalam program mbg telah melibatkan berbagai pihak yang kompeten. 

mulai dari ahli gizi, badan pengawas obat dan makanan (bpom), hingga pemerintah daerah, semuanya turut serta dalam memastikan kualitas dan keamanan makanan yang disajikan.

“ada ahli gizi, melibatkan bpom, mau melibatkan pemerintah daerah, diawasi dengan ketat,” tegas zulhas.

ia bahkan menyebut bahwa dapur pengolahan mbg dijaga ketat dan tidak sembarang orang bisa masuk, sebagai bentuk komitmen terhadap standar keamanan pangan.

tantangan dan harapan ke depan

meski insiden keracunan makanan dalam program mbg menimbulkan kekhawatiran, zulhas tetap optimistis bahwa program ini memiliki potensi besar dalam mengatasi masalah gizi anak-anak indonesia. 

ia berharap masyarakat tidak langsung menyimpulkan bahwa program ini gagal, melainkan melihatnya sebagai proses adaptasi yang membutuhkan evaluasi dan perbaikan berkelanjutan.

program mbg merupakan bagian dari visi presiden ri prabowo subianto untuk menekan angka stunting di indonesia. 

dengan penyempurnaan sistem pendataan, pengawasan, dan edukasi gizi, diharapkan insiden seperti keracunan makanan dapat dicegah dan manfaat program ini bisa dirasakan secara maksimal oleh seluruh peserta didik.

Tag
Share