bacakoran.co

Kasus Keracunan MBG Cipongkor: BGN Sebut Masak Terlalu Awal Jadi Penyebab

Kasus keracunan mbg cipongkor, bgn sebut masak terlalu awal jadi penyebab--

BACA JUGA:369 Siswa Tumbang Usai Makan Gratis! Bupati Bandung Barat Tetapkan KLB Cipongkor

Menurutnya, faktor utama penyebab keracunan adalah jarak waktu yang terlalu lama antara memasak dan mengonsumsi makanan.

“Problem utamanya, makanan dimasak malam hari, baru dimakan siswa siang keesokan harinya. Sudah pasti basi dan memicu keracunan,” kata Dedi di Bandung, Selasa (23/9/2025).

Kasus keracunan MBG di Cipongkor menjadi pelajaran penting bagi semua pihak bahwa program makan gratis tidak hanya soal penyediaan makanan, tetapi juga kualitas, waktu memasak, distribusi, hingga keamanan konsumsi.

Evaluasi menyeluruh diharapkan bisa memperbaiki sistem, agar program MBG benar-benar memberi manfaat bagi tumbuh kembang anak-anak Indonesia.

Kasus Keracunan MBG Cipongkor: BGN Sebut Masak Terlalu Awal Jadi Penyebab

Melly

Melly


bacakoran.co - kasus yang menimpa ratusan siswa di kecamatan cipongkor, kabupaten bandung barat, jawa barat, akhirnya mulai menemukan titik terang.

badan gizi nasional (bgn) menyebut bahwa dugaan utama penyebab keracunan (mbg) adalah kesalahan teknis dalam proses memasak oleh satuan pelayanan pemenuhan gizi (sppg).

kepala bgn, dadan hindayana, menjelaskan bahwa makanan mbg dimasak terlalu dini sehingga tersimpan terlalu lama sebelum sampai ke tangan siswa.

kondisi inilah yang membuat makanan kehilangan kualitasnya dan berisiko menimbulkan keracunan.

“keterangan awal menunjukkan sppg memasak terlalu cepat, sehingga ada jeda waktu yang panjang antara proses masak dan distribusi. idealnya jarak tersebut tidak lebih dari empat jam,” jelas dadan saat meninjau posko penanganan keracunan mbg di cipongkor, rabu (24/9/2025).

untuk mencegah kasus serupa, bgn sudah memberikan instruksi agar proses memasak dilakukan mulai pukul 01.30 siang.

dengan begitu, makanan masih dalam kondisi segar ketika sampai ke siswa.

menurut dadan, sppg lama sudah lebih berpengalaman dalam mengatur ritme produksi dan distribusi makanan.

namun, sppg baru sering kali khawatir pesanan tidak selesai tepat waktu sehingga memilih memasak jauh lebih awal.

sebagai solusi, bgn meminta sppg baru untuk bertahap dalam mengelola jumlah penerima manfaat.

misalnya, memulai dari 2 sekolah dulu, lalu meningkat ke 4 sekolah, hingga akhirnya mampu melayani ribuan siswa secara efektif.

“kalau langsung banyak, mereka kewalahan. jadi harus step by step, sampai benar-benar terbiasa dan distribusi bisa sesuai standar,” tambah dadan.

dadan juga menyoroti insiden sebelumnya di banggai, sulawesi tengah.

di sana, keracunan massal terjadi karena sppg mengganti pemasok bahan baku secara mendadak sehingga kualitas makanan menurun.

“pergantian supplier tidak boleh mendadak. harus bertahap agar kualitas tetap terjaga,” tegas dadan.

bgn telah meminta sppg cipongkor menghentikan sementara distribusi makanan mbg sambil melakukan evaluasi menyeluruh.

hal ini dilakukan untuk memastikan keamanan makanan sebelum kembali diberikan kepada siswa.

selain itu, dadan mengingatkan pentingnya penanganan psikologis bagi anak-anak yang menjadi korban keracunan.

“anak-anak pasti trauma. kita harus mengembalikan rasa percaya mereka bahwa makanan mbg aman dikonsumsi,” ujarnya.

gubernur jawa barat, dedi mulyadi, juga menyoroti kasus ini.

menurutnya, faktor utama penyebab keracunan adalah jarak waktu yang terlalu lama antara memasak dan mengonsumsi makanan.

“problem utamanya, makanan dimasak malam hari, baru dimakan siswa siang keesokan harinya. sudah pasti basi dan memicu keracunan,” kata dedi di bandung, selasa (23/9/2025).

kasus keracunan mbg di cipongkor menjadi pelajaran penting bagi semua pihak bahwa program makan gratis tidak hanya soal penyediaan makanan, tetapi juga kualitas, waktu memasak, distribusi, hingga keamanan konsumsi.

evaluasi menyeluruh diharapkan bisa memperbaiki sistem, agar program mbg benar-benar memberi manfaat bagi tumbuh kembang anak-anak indonesia.

Tag
Share