bacakoran.co

Viral! Ospek Komunitas Pecinta Alam di Blitung Diduga Pakai Kekerasan, Orang Tua Korban Lapor Polisi

Viral! Anggota baru komunitas pecinta alam di Bitung alami kekerasan saat orientasi./Kolase Bacakoran.co--Instagram @palembangkeliling dan X @garudatvnews

BACAKORAN.CO — Jagat media sosial dihebohkan dengan beredarnya video dan unggahan emosional dari orangtua yang anaknya menjadi korban kekerasan dalam kegiatan komunitas pecinta alam di Kota Bitung, Sulawesi Utara. 

Kegiatan orientasi yang seharusnya menjadi ajang pengenalan dan pembinaan justru berujung pada dugaan penganiayaan terhadap anggota baru.

Unggahan viral tersebut memperlihatkan kemarahan seorang ibu yang anaknya pulang dari kegiatan komunitas dalam kondisi wajah bengkak dan penuh lebam. 

Dalam unggahan tersebut, sang ibu meluapkan kekecewaannya terhadap organisasi yang dianggap tidak bertanggung jawab.

Sungguh mati Qt nya trima ngoni bekeng bagini tape anak. Pas lia pulang depe muka bangka, biru-biru. Ndak ada hati ngoni kasiang. Organisasi apa ini kasiang? Kalau ada yg mati, sapa yg mau bertanggung jawab?!” tulis orangtua korban dengan penuh tangisan dan emosi.

BACA JUGA:Viral! Senior Unsri Paksa Maba Ciuman Sesama Jenis saat Ospek, HIMATETA Dibekukan Setahun

BACA JUGA:6 Tips Memilih Jurusan Kuliah yang Tepat Bagi Calon Mahasiswa 2025, Lebih Penting Passion atau Prospek Kerja?

Unggahan tersebut langsung memicu reaksi publik. 

Banyak netizen mempertanyakan metode orientasi yang digunakan oleh komunitas pecinta alam tersebut. 

Mereka menilai tindakan itu sudah kelewatan dan berbau kekerasan fisik yang tidak seharusnya terjadi dalam kegiatan pembinaan anggota baru.

Video Kekerasan Saat Ospek Komunitas Pecinta Alam

Tak berselang lama, sebuah video yang memperlihatkan proses orientasi anggota baru komunitas pecinta alam di Bitung juga viral di berbagai platform media sosial. 

Dalam video tersebut, para anggota baru terlihat tidak mengenakan pakaian, hanya memakai topi dan slayer biru yang dililitkan di leher.

BACA JUGA:Diaspora Indonesia di Jerman Gelar Aksi Damai di Berlin, Kecam Kekerasan Aparat dan Ketidakadilan Rezim

BACA JUGA:Geger! Polisi Temukan Obat Bius di Kasus Kekerasan Seksual RSHS Bandung, Ini Bahayanya

Viral! Ospek Komunitas Pecinta Alam di Blitung Diduga Pakai Kekerasan, Orang Tua Korban Lapor Polisi

Rida Satriani

Rida Satriani


bacakoran.co — jagat media sosial dihebohkan dengan beredarnya video dan unggahan emosional dari orangtua yang anaknya menjadi korban dalam kegiatan pecinta alam di kota bitung, sulawesi utara. 

kegiatan yang seharusnya menjadi ajang pengenalan dan pembinaan justru berujung pada dugaan penganiayaan terhadap anggota baru.

unggahan viral tersebut memperlihatkan kemarahan seorang ibu yang anaknya pulang dari kegiatan komunitas dalam kondisi wajah bengkak dan penuh lebam. 

dalam unggahan tersebut, sang ibu meluapkan kekecewaannya terhadap organisasi yang dianggap tidak bertanggung jawab.

sungguh mati qt nya trima ngoni bekeng bagini tape anak. pas lia pulang depe muka bangka, biru-biru. ndak ada hati ngoni kasiang. organisasi apa ini kasiang? kalau ada yg mati, sapa yg mau bertanggung jawab?!” tulis orangtua korban dengan penuh tangisan dan emosi.

unggahan tersebut langsung memicu reaksi publik. 

banyak netizen mempertanyakan metode orientasi yang digunakan oleh komunitas pecinta alam tersebut. 

mereka menilai tindakan itu sudah kelewatan dan berbau kekerasan fisik yang tidak seharusnya terjadi dalam kegiatan pembinaan anggota baru.

video kekerasan saat ospek komunitas pecinta alam

tak berselang lama, sebuah video yang memperlihatkan proses orientasi anggota baru komunitas pecinta alam di bitung juga viral di berbagai platform media sosial. 

dalam video tersebut, para anggota baru terlihat tidak mengenakan pakaian, hanya memakai topi dan slayer biru yang dililitkan di leher.

mereka disuruh berlutut satu per satu, lalu ditarik dan ditempeleng berulang kali di bagian pipi. 

tak hanya itu, beberapa anggota juga menerima tendangan ke arah dada. 

aksi kekerasan tersebut menyebabkan luka-luka di sekujur tubuh para peserta.

kekerasan yang terekam dalam video itu memicu kemarahan publik dan mendorong orangtua korban untuk mengambil langkah hukum.

orangtua korban lapor polisi, harap komunitas dibubarkan

nurdiana, salah satu orangtua dari korban kekerasan, memutuskan untuk melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian. 

ia adalah ibu dari anak berinisial aa yang masih berusia 16 tahun.

“sebagai orang tua saya berharap kasus ini diusut tuntas dan berhentikan komunitas seperti itu. ini saya lakukan supaya tidak ada lagi korban,” ungkap nurdiana saat dihubungi selasa (30/9) sore.

ia menjelaskan bahwa awalnya sang anak meminta izin untuk mengikuti kegiatan pendakian gunung yang digelar oleh organisasi tersebut. 

nurdiana mengizinkan karena anaknya menyertakan surat resmi dari pihak komunitas yang menyatakan kegiatan akan berlangsung dari jumat hingga minggu, 26–28 september 2025.

namun, saat anaknya kembali dari kegiatan tersebut, nurdiana mendapati wajah anaknya dalam kondisi memprihatinkan.

“ada bengkak di bagian wajah dan ada lebam biru, bibir pecah. waktu ditanya anak saya bilangnya digigit tawon ketika sedang camping,” ujarnya.

nurdiana sempat percaya, namun keraguannya muncul saat ia melihat video yang sedang ditonton oleh aa. 

video tersebut memperlihatkan kekerasan yang terjadi selama kegiatan pendakian. 

ia pun meminta anaknya untuk jujur mengenai apa yang sebenarnya terjadi.

“ada beberapa orang yang melakukan pemukulan secara bergantian, lalu setelah mau turun dari gunung, ada instruksi supaya apa yang terjadi selama kegiatan tidak boleh diceritakan ke pihak luar,” kata nurdiana.

“saat ini kondisi anak saya sudah mendingan, tetapi kami berharap kasus ini tetap diproses sampai tuntas,” ujarnya kembali.

namun, hingga berita ini ditulis, belum ada klarifikasi resmi dari pihak komunitas pecinta alam yang bersangkutan. 

publik menuntut transparansi dan pertanggungjawaban atas insiden yang telah menyebabkan trauma fisik dan psikologis pada para peserta.

Tag
Share