bacakoran.co

Miris! WHO Bongkar Gaza Masih Kelaparan Parah Meski Ada Gencatan Senjata, Ini Penyebabnya!

WHO ungkap fakta jika warga Gaza masih mengalami kelaparan parah meski gencatan senjata antara Israel-Hamas disetujui. Banyak bantuan kemanusiaan tersendat masuk Palestina.--kolase @timesofgaza dan @euromedmonitor/x

BACAKORAN.CO - Dunia dibuat terhenyak fakta disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) jika kelaparan di Gaza belum juga mereda meski gencatan senjata antara Israel dan Hamas sudah berjalan hampir sebulan.

Alih-alih membaik, kondisi warga Gaza justru makin mengenaskan.

“Situasinya tetap sangat buruk karena bantuan yang masuk ke Gaza tidak mencukupi,” tegas Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dilansir dari AFP.

Menurut WHO, tidak ada penurunan signifikan dalam angka kelaparan.

BACA JUGA:Maling Motor di Pesta Organ Tunggal di Musi Rawas, Pemuda Asal Bengkulu 'Bonyok' Dihajar Massa

BACA JUGA:Direktur Keuangan Pertamina Diperiksa Kejagung, Terseret Kasus Dugaan Korupsi Minyak? Cek Faktanya!

Bantuan memang meningkat sedikit, tetapi tidak mampu mengubah kenyataan jika ribuan keluarga Palestina masih bertahan hidup dalam kelaparan ekstrem.

Data mencengangkan menunjukkan setidaknya 411 orang meninggal akibat malnutrisi sejak awal 2025, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.

Gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat mulai berlaku sejak 10 Oktober 2025, dengan perjanjian bahwa 600 truk bantuan akan masuk ke Gaza setiap hari.

Namun, realitasnya sangat jauh dari harapan.

BACA JUGA:Heboh Dugaan Air Bersumber dari Sumur Bor, BPKN Siap Panggil Aqua!

BACA JUGA:Viral Video Baut Sayap Thai Lion Air Kendur, Maskapai Klarifikasi: Efek Turbulensi, Bukan Kerusakan

“Sekarang hanya sekitar 200 hingga 300 truk yang masuk per hari, dan sebagian besar di antaranya merupakan truk komersial,” ujar Tedros.

“Masalahnya, banyak warga Gaza tidak punya uang untuk membeli barang-barang itu. Akibatnya, mereka tetap kelaparan,” ungkapnya.

Miris! WHO Bongkar Gaza Masih Kelaparan Parah Meski Ada Gencatan Senjata, Ini Penyebabnya!

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co - dunia dibuat terhenyak fakta disampaikan jika kelaparan di gaza belum juga mereda meski antara israel dan hamas sudah berjalan hampir sebulan.

alih-alih membaik, kondisi warga gaza justru makin mengenaskan.

“situasinya tetap sangat buruk karena bantuan yang masuk ke gaza tidak mencukupi,” tegas direktur jenderal who, tedros adhanom ghebreyesus seperti dilansir dari afp.

menurut who, tidak ada penurunan signifikan dalam angka kelaparan.

bantuan memang meningkat sedikit, tetapi tidak mampu mengubah kenyataan jika ribuan keluarga palestina masih bertahan hidup dalam kelaparan ekstrem.

data mencengangkan menunjukkan setidaknya 411 orang meninggal akibat malnutrisi sejak awal 2025, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.

gencatan senjata yang dimediasi oleh amerika serikat mulai berlaku sejak 10 oktober 2025, dengan perjanjian bahwa 600 truk bantuan akan masuk ke gaza setiap hari.

namun, realitasnya sangat jauh dari harapan.

“sekarang hanya sekitar 200 hingga 300 truk yang masuk per hari, dan sebagian besar di antaranya merupakan truk komersial,” ujar tedros.

“masalahnya, banyak warga gaza tidak punya uang untuk membeli barang-barang itu. akibatnya, mereka tetap kelaparan,” ungkapnya.

bantuan kemanusiaan pun tersendat di berbagai titik.

kelompok bantuan seperti oxfam mengaku terhambat oleh berbagai pembatasan dan prosedur yang rumit.

banyak lsm internasional masih kesulitan mendapatkan akses untuk menyalurkan pasokan gizi yang layak.

ironisnya, barang-barang yang diizinkan masuk lebih banyak bersifat konsumtif daripada bergizi.

menurut bahaa zaqout, direktur hubungan eksternal lsm palestina parc, truk-truk komersial yang diizinkan membawa biskuit, cokelat, dan soda, tetapi biji-bijian, minyak zaitun, dan bahan makanan bergizi tinggi justru dibatasi.

“buah dan sayur memang ada yang masuk, tapi harganya selangit dan mustahil dijangkau rakyat biasa,” ujarnya dilansir dari al jazeera.

“barang-barang itu tidak memenuhi kebutuhan gizi minimum, terutama bagi anak-anak dan perempuan yang paling rentan,” ungkapnya.

Tag
Share