Berdasarkan pantauan lapangan yang dilansir dari JPNN, rumah keluarga Juladi memang terletak di tepi sungai.
BACA JUGA:Pelantikan Kepala Daerah Terpilih Tanpa Sengketa di MK Dipercepat? Mendagri Tito Beberkan Alasannya!
Jalur yang mereka lewati setiap hari sempit, licin, dan berbahaya, terlebih jika hujan turun. Jika terjadi banjir atau kondisi darurat seperti kebakaran, keluarga ini bisa terjebak tanpa jalan keluar.
“Sekarang masih kemarau. Kalau hujan bagaimana? Anak saya enggak bisa keluar rumah,” ucap Juladi lirih.
Netizen ramai mengecam penutupan jalan tersebut. Banyak yang menyayangkan bahwa anak kecil harus menanggung beban konflik hukum orang dewasa.
Tagar seperti #SaveJES, #HakAnak, dan #SemarangPeduliAnak mulai ramai digunakan di media sosial.
Kasus ini membuka mata banyak pihak bahwa konflik legal bisa berujung pada pelanggaran hak dasar anak.
Terlepas dari legalitas, dibutuhkan empati dan solusi bersama. Hukum boleh ditegakkan, tapi hati nurani jangan dilupakan.