Netizen pun ramai-ramai menyuarakan pendapat mereka di kolom komentar unggahan Threads Hanung.
"Kalaupun bener ini dpt dukungan pemerintah dan dirilis dalam rangka 80 tahun kemerdekaan, sebuah penghinaan sih, setidaknya buat gw pribadi ini cukup menghina kemampuan SDM animasi."
"Terlepas dari hasil akhir filmnya yang j*lek, bau2nya asal anggaran terpakai sih ini."
"Kenapa dipaksakan tayang jika waktu dan dana yang dibutuhkan tidak memadai?"
"Semoga anak@sekolah nggak dipaksa buat nonton film ini di bioskop, kayak jaman dulu bangettt..."
BACA JUGA:Resmi Dirilis! Ini Arti Logo HUT RI ke-80, Punya Makna Mendalam!
BACA JUGA:8 Ide Lomba 17 Agustus untuk Guru yang Anti-Mainstream dan Kocak, Dijamin Menghibur!
Film Merah Putih: One For All mengangkat tema patriotisme menjelang Hari Kemerdekaan RI ke-80. Ceritanya berpusat pada delapan anak dari berbagai latar budaya yang bersatu untuk menyelamatkan bendera pusaka yang hilang tiga hari sebelum upacara 17 Agustus.
Meski temanya mengandung nilai kebangsaan, proses produksinya yang hanya memakan waktu sekitar dua bulan membuat banyak pihak meragukan kualitasnya.
Hanung pun mempertanyakan klaim produser Toto Soegriwo yang menyatakan bahwa film ini tidak didanai oleh pemerintah.
“Terus kenapa buru-buru tayang? Ironisnya kok bisa dapat tanggal tayang, di tengah 200 judul film Indonesia, ngantre tayang? Kopet!” tulis Hanung dalam unggahan Instagram Stories, sambil menandai Menteri dan Wakil Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon dan Giring Ganesha.
Refleksi Industri Film Nasional
Kritik Hanung Bramantyo membuka diskusi penting tentang transparansi, kualitas, dan etika dalam produksi film nasional.
Di tengah semangat menyambut kemerdekaan, publik berharap karya yang ditampilkan benar-benar mencerminkan kualitas dan profesionalisme SDM Indonesia.
Film animasi memang memiliki tantangan tersendiri, baik dari segi teknis maupun pendanaan.
Namun, jika dipaksakan tayang tanpa persiapan matang, bukan hanya merugikan penonton, tetapi juga mencoreng reputasi industri kreatif lokal.