BACAKORAN.CO -- Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) turut mendukung ajang Pesantren Award 2025 yang kini akan melakukan tahapan penjurian.
Kemendagri sebelumnya telah menerbitkan surat kawat kepada pemerintah daerah untuk mengusulkan kepala daerah yang dinilai layak menerima penghargaan Pesantren Award 2025.
Informasinya hingga menjelang tahapan penjurian, ada 45 pemerintah daerah yang mengajukan usulan. Hal itu dijelaskan Direktur Pesantren Kementerian Agama, Basnang Said di Jakarta, Jumat 13 September 2025
Lebih lanjut Basnang menjelaskan, ada ratusan tokoh yang diusulkan dalam proses pengajuan peserta Pesanteren Award yang berlangsung pada 11–20 Agustus 2025.
BACA JUGA:Tragis! Santri di Sukoharjo Tewas Diduga Dianiaya Kakak Kelas, Keluarga Minta Keadilan Pesantren Pilih Bungkam
Pesantren Award 2025 adalah ajang penghargaan yang digelar untuk mengapresiasi kontribusi pesantren, santri, tokoh, serta pemerintah daerah dalam memajukan ekosistem pesantren di Indonesia. Penghargaan akan diberikan pada puncak Hari Santri, 20 Oktober 2025.
Basnang menyebutkan, proses seleksi berlangsung ketat dengan melibatkan banyak pihak agar penghargaan ini benar-benar diberikan kepada figur dan lembaga yang memiliki komitmen kuat terhadap pengembangan pesantren.
Dia memaparkan, selain dari pemerintah daerah, , Kemenag juga membuka ruang bagi Kantor Wilayah (Kanwil) dan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam untuk mengajukan kandidat penerima penghargaan. Meski demikian, penetapan akhir sepenuhnya menjadi kewenangan dewan juri independen yang telah dibentuk.
Pesantren Award 2025 terdiri atas empat kategori: Kepala Daerah Peduli Pesantren, Pesantren Transformatif, Santri Inspiratif, dan Tokoh Pesantren (Lifetime Achievement).
BACA JUGA:Tragis! Kakak Beradik di Kudus Ditusuk Tetangga Sendiri, 1 Korban Tewas dan Pelaku Kabur
BACA JUGA:Usai Reshuffle Kabinet, Presiden Prabowo Kirim Surat Khusus ke Eks Menteri Sebagai Bentuk Penghargaan
“Kemenag memberikan kepercayaan penuh kepada dewan juri untuk menetapkan para penerima penghargaan, termasuk untuk kategori bergengsi Lifetime Achievement,”ujarnya.
Sementara itu, Ketua Tim Penilai Alissa Wahid menegaskan bahwa kredibilitas Pesantren Award 2025 sangat ditentukan oleh kualitas proses seleksi yang berlangsung tahun ini. Ia menyebut, jumlah usulan yang masuk mencerminkan antusiasme luar biasa dari ekosistem pesantren.
“Ada 132 usulan untuk kategori Santri Inspiratif, 118 usulan untuk kategori Pesantren Transformatif, dan puluhan usulan untuk kategori kepala daerah,"jelas Alissa.
"Setelah seleksi administrasi, hanya 10 kandidat per kategori yang masuk daftar pendek (shortlist), kemudian disaring lagi menjadi 3 finalis yang akan mengikuti sesi presentasi dan wawancara,” urainya.
BACA JUGA:Danau Weekuri Lagoon: Surga Tersembunyi di Sumba dengan Air Biru Kehijauan yang Memukau & Instagramable Banget
Menurut Alissa, kategori Lifetime Achievement akan diseleksi secara khusus oleh tim juri, karena menyangkut kiprah tokoh pesantren yang telah memberikan pengaruh besar dan konsisten bagi kemajuan pendidikan pesantren nasional.
“Penghargaan ini nantinya juga akan dilengkapi dengan penerbitan karya tulis para tokoh pesantren penerima penghargaan oleh Kemenag, sebagai bentuk dokumentasi warisan intelektual pesantren,”katanya.
Rangkaian penjurian dijadwalkan berlangsung dalam dua tahap. Sidang pertama secara daring pada 18 September 2025 akan menetapkan tiga finalis di setiap kategori.
Selanjutnya, sidang kedua digelar secara luring pada 22–24 September 2025 dengan agenda presentasi dan wawancara finalis di hadapan dewan juri.
BACA JUGA:Rezeki Lancar! 6 Zodiak yang Dibanjiri Keberuntungan 15 September 2025
BACA JUGA:Kali Pertama Dilaksanakan, MLSC di Bekasi Diikuti 1.036 Peserta, Djarum Foundation: Antusiasmenya Luar Biasa!
Masih kata Alissa , Pesantren Award harus menjadi panggung apresiasi yang kredibel, inspiratif, dan berdampak. Ajang ini diharapkan tidak hanya memotivasi insan pesantren, tetapi juga memperkuat peran pesantren sebagai pilar penting dalam ekosistem pendidikan Islam di Indonesia.
“Ini bukan sekadar seremoni. Penghargaan ini harus menjadi standar baru bagi kualitas dan dedikasi dunia pesantren,” tegasnya.