BACAKORAN.CO - Paparan jangka panjang terhadap zat kimia Bisphenol A (BPA) semakin menjadi perhatian serius di dunia kesehatan.
BPA dikenal sebagai pengganggu sistem hormon atau endokrin disruptor, yang dapat memicu berbagai gangguan kesehatan jika terpapar dalam jumlah melebihi ambang batas aman.
Berbagai studi ilmiah telah mengaitkan paparan BPA dengan risiko gangguan reproduksi, hambatan perkembangan otak anak, serta meningkatnya potensi terkena penyakit jantung dan diabetes.
Fakta ini menimbulkan kekhawatiran, terutama karena BPA banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
BPA dalam Plastik Polikarbonat
Salah satu sumber utama BPA adalah plastik polikarbonat, jenis plastik yang umum digunakan dalam pembuatan galon isi ulang, botol bayi, wadah makanan, dan pelapis kaleng.
BACA JUGA:Air Galon Bebas BPA, Pilih Yang Sekali Pakai atau Isi Ulang? Berikut Tipsnya
BACA JUGA:Selain Kaya Nutrisi Sehat, Ternyata Ini 3 Dampak Negatif Konsumsi Susu Oat Berlebihan!
Karena sifatnya yang digunakan berulang kali, plastik ini rentan mengalami peluruhan, terutama saat bersentuhan dengan air dalam suhu dan waktu tertentu.
“Pelepasan BPA terjadi akibat peluruhan material plastik saat bersentuhan dengan air pada suhu dan waktu tertentu,” jelas Profesor Mochamad Chalid, pakar polimer dari Universitas Indonesia.
“Proses ini berpotensi terjadi selama distribusi galon dari pabrik ke konsumen, terutama karena galon digunakan berulang kali,” tambahnya.
Ketika peluruhan terjadi, BPA dapat berpindah ke dalam makanan atau minuman yang tersimpan di dalam wadah tersebut.
Hal ini tentu membahayakan konsumen, terutama jika digunakan secara rutin.
Kadar BPA Melebihi Batas Aman di 6 Wilayah
BACA JUGA:Stop Konsumsi Tepung Terigu? Ini Kata dr. Zaidul Akbar soal Dampaknya ke Lambung dan Menstruasi
Kekhawatiran terhadap BPA bukan sekadar teori.