Mereka dirawat di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang setelah mengalami gejala seperti demam, sakit perut, dan mual.
"Ada penambahan delapan pasien tadi malam. Sehingga total yang ditangani menjadi 25 orang," jelas Feria, dikutip dari detikKalimantan, Kamis (25/9/2025).
Dari jumlah tersebut, sebanyak 22 pasien telah dinyatakan membaik dan diperbolehkan pulang.
Sementara tiga lainnya masih menjalani perawatan intensif.
Kelalaian Menu dan Risiko Kandungan Merkuri
BACA JUGA:Kasus Keracunan Massal MBG di Bandung Barat: 1.333 Siswa Tumbang, Apa Penyebabnya?
BACA JUGA:Korban Keracunan MBG Terus Bertambah di Cipongkor, Tembus 500 Siswa!
Insiden ini memicu sorotan tajam terhadap pengelolaan dapur MBG, khususnya dalam pemilihan bahan makanan.
Agus Kurniawi kembali menegaskan bahwa ikan hiu tidak seharusnya masuk dalam daftar menu MBG.
Pernyataan ini memperkuat dugaan bahwa kandungan merkuri dalam ikan hiu menjadi pemicu utama keracunan.
Meski belum ada hasil laboratorium yang dipublikasikan, pihak MBG Kalbar berjanji akan melakukan investigasi menyeluruh.
Dampak Terhadap Kepercayaan Publik dan Evaluasi Program MBG
Kasus keracunan ini menjadi pukulan telak bagi program MBG yang sejatinya bertujuan meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah.
Kepercayaan publik terhadap program ini pun dipertaruhkan, terutama jika dapur-dapur MBG terbukti lalai dalam pemilihan bahan makanan dan tidak memenuhi standar keamanan pangan.
Pemerintah daerah dan pusat diharapkan segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh dapur MBG, termasuk standar operasional, kelayakan bahan makanan, dan sistem pengawasan.
Program MBG harus kembali ke jalur yang aman dan sehat, sesuai dengan misi awalnya, yaitu memberikan makanan bergizi, bukan risiko kesehatan.